EKBIS.CO, JAKARTA -- Unit Usaha Syariah Bank CIMB Niaga telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 16,8 triliun hingga akhir 2017 atau tumbuh sebesar 64,7 persen year on year (yoy) dari realisasi akhir 2016 yang sebesar Rp 10,2 triliun. Tahun ini ditargetkan pembiayaan yang akan disalurkan mencapai Rp 24 triliun.
Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji D Djajanegara menjelaskan, adapun sektor yang paling mendorong pembiayaan yaitu dari pembiayaan perumahan.
"Yang paling mendorong dari segmen korporasi dan konsumer. Konsumer paling besar di KPR syariah," ujar Pandji kepada Republika.co.id, akhir pekan ini.
Pada tahun ini, CIMB Niaga Syariah menargetkan penyaluran pembiayaan sebesar Rp 24 triliun. Segmen yang terus gencar didorong yaitu di konsumer. Salah satu upaya untuk mendorong segmen ini dengan meluncurkan produk baru yaitu personal loan serta Syariah Card Platinum. Sebelumnya CIMB Niaga telah meluncurkan Syariah Card Gold yang diminati oleh nasabah. Kartu ini banyak dimanfaatkan oleh nasabah dalam pendidikan dan kesehatan.
Ini Syarat Jika Bank Syariah Mau Terbitkan Sukuk
"Syariah Card Platinum rencananya kami luncurkan di Kuartal 2. Sebelumnya peminat Gold banyak. Mudah- mudahan kartu ini juga akan menarik minat nasabah," ujar Pandji.
Pada segmen pembiayaan lain, kata Pandji, CIMB Niaga Syariah juga terus mendorong pembiayaan infrastruktur. Pada tahun lalu, portofolio pembiayaan infrastruktur yaitu sekitar Rp 1,7 triliun atau 10 persen dari portofolio pembiayaan keseluruhan. Untuk tahun ini, pihaknya juga menargetkan yang sama yaitu 10 persen dari portofolio keseluruhan pembiayaan yaitu sebesar Rp 2,4 triliun.
"Pembiayaan infrastruktur kita masuk di proyek jalan tol, telekomunikasi, lalu ada juga power plant. Sekarang lagi diskusi yang power plant. Tapi kalo infrastruktur ini kan vektornya umumnya korporasi, kalo ditanya kapan ya biasanya pemberian financing ke korporasi lebih lama," kata dia.
Sementara itu dana pihak ketiga (DPK) yang terhimpun hingga akhir 2017 tumbuh 84 persen dari Rp 10,8 triliun menjadi Rp 19,9 triliun. Sedangkan aset tumbuh 80 persen dari Rp 12,8 triliun menjadi Rp 23 triliun pada akhir 2017.