Rabu 17 Jan 2018 22:16 WIB

Kementan Lakukan Panen di Timur Indonesia

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Budi Raharjo
Petani merontokkan bulir padi secara manual.
Foto: Antara
Petani merontokkan bulir padi secara manual.

EKBIS.CO, LOMBOK -- Dua kabupaten di Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB), Lombok Barat (Lobar) dan Lombok Timur (Lotim) terus panen hingga kini. Beberapa Kecamatan di Lobar seperti Narmada, Labuapi, Lingsar, Gunungsari dan di Lotim seperti Sikur, Masbagik, Aekmal, Wanasaba memiliki potensi irigasi sepanjang tahun.

"Karena itu daerah-daerah tersebut memiliki indeks pertanaman 300 alias tanam tiga kali setahun," ujarKepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB, M Saleh Mokhtar melalui siaran resmi.

Dengan kemampuan IP 300 tersebut tidak heran jika dua kabupaten tersebut bersaing dalam panen. Suatu persaingan positif yang mendukung swasembada pangan.

Panen di Lobar dilaksanakan oleh Kelompok Tani Pade Girang, Dusun Karang Kates, Desa Mekar Sari, Kecamatan Narmada dengan memperoleh produktivitas 7 ton per hektare. Pada saat ini, kata di, harga gabah kering panen (GKP) sebesar Rp 4600 per kilogram (kg). Kunci keberhasilan tersebut diakuinya karena penggunaan varietas unggul baru (VUB) Inpari 32.

Selain desa Mekar Sari yang panen dilakukan pada areal 35 hektare. Panen juga dilakukan di Desa Dasan Tereng, Kecamatan Narmada. Petani desa ini juga menanam varietas Inpari 32.

Meski tingkat harga GKP sama dengan Desa Mekar Sari, produktivitas padi Desa Dasan Tereng diperoleh 5 ton per hektare. "Hal itu disebabkan gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) hampa penggerek dan penyakit blas," ujar dia.

Karena itu, agar hasil bisa meningkat diperlukan penggunaan teknologi spesifik lokasi Desa Dasan Tereng. Penanaman VUB dan penerapan Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu (HPT) perlu dilakukan melalui dukungan penyuluhan dari Dinas Pertanian dan pendampingan oleh BPTP NTB perlu dilakukan.

Karena ketersediaan air baik dari hujan maupun irigasi yang melimpah membuat para petani yang telah panen setelah menyelesaikan panen dan pemasaran gabahnya. "Mereka segera mempersiapkan lahan dan pembibitan untuk musim berikutnya," ujar dia. Dengan aktivitas berkelanjutan tersebut, menurutnya, para petani memiliki waktu istirahat pendek. Aktivitas panen diikuti aktivitas tanam berikutnya.

Panen juga terjadi di Kelurahan Tinengi, Kecamatan Tinondo, Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara. Menurut penyuluh pertanian setempat Muji, luas yang dipanen 8 hektare, varietas yg ditanam Inpari 30, Inpari 7 dan Ciherang.

Produktivitas yang dicapai sebesar 5,5 ton GKP per hektare dengan harga gabah Rp 4.500 per kg. "Sedangkan beras medium Rp 9.600 per kg," kataKepala Bidang Tanaman Pangan Kolaka Timur Arjun Hamzah. Ia memprediksi bahwa panen di Tinondo diprediksi hingga Februari 2018.

Menurutnya, Inpari 7 walau bersifat sedikit pera namun memiliki ketahanan terhadap penyakit blast. Meski panen masih terus terjadi, ada kendala yang dihadapi petani di wilayah ini berupa ketersediaan air. Lahan yang digunakan mengandalkan curah hujan. Namun masih bisa dilakukan tanam dua kali setahun.

Peneliti BPTP Sultra Suharno menjelaskan, produksi di Tinondo sebenarnya masih dapat ditingkatkan dengan penggunaan varietas Inpari 43. "Padi varietas ini memiliki potensi hasil tinggi, rasa nasi pulen dan termasuk golongan padi amphibi," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement