EKBIS.CO, NEW YORK -- Sebuah konsorsium investasi yang dipimpin SoftBank sepakat membeli saham Uber. Uber menyatakan kesepakatan senilai 1,25 miliar dolar AS (sekitar Rp 16,625 triliun) ini sudah final.
Saham sebanyak 17,5 persen yang akan dibeli SoftBank berasal dari pemegang saham saat ini, termasuk mantan CEO sekaligus salah satu pendiri Uber, Travis Kalanick. Kalanick yang kini memegang 10 persen saham Uber.
Ia dikabarkan akan melepas 29 persen dari total saham yang ia miliki dengan nilai 1,4 miliar dolar AS (sekitar Rp 18,62 triliun). Kalanick mundur dari Uber pada Juni 2017 lalu karena sejumlah skandal yang menerpanya, demikian dilansir BBC, Jumat (19/1).
Nilai transaksi ini sebenarnya lebih dari delapan miliar dolar AS (sekitar Rp 106,4 triliun). Sebagai bagian dari kesepakatan, dewan direksi Uber akan bertambah dari 11 orang menjadi 17 orang dimana dua kursi akan menjadi jatah SoftBank.
Bank investasi asal Jepang, Softbank.
Pelepasan saham Uber ke SoftBank ini terjadi setelah Uber melalui tahun-tahun sulit termasuk skandal pelecehan seksual, investigasi regulator, dan tuntutan atas tuduhan pencurian teknologi.
Uber menyatakan, kesepakatan ini merupakan hal bagus bagi para semua pemangku kepentingan. Apalagi, Uber juga berinvestasi dua kali lebih besar untuk pengembangan teknologi dan ekspansi yang makin luas.
Konsorsium investasi ini terdiri atas SoftBank sendiri dan Dragoneer Investment Group. SoftBank, perusahaan asal Jepang, terkenal dengan investasi mereka di sejumlah perusahaan teknologi papan atas termasuk di Didi Chuxing Cina dan Grab. Transaksi ini akan meningkatkan kepemilikan saham Uber oleh SoftBank yang saat ini sudah 15 persen.
Kesepakatan ini terdiri atas dua bagian. Pertama, konsorsium membeli saham senilai 1,25 miliar dolar AS saat valuasi Uber sekitar 70 miliar dolar AS (sekitar Rp 931 triliun). Pemegang saham saat ini ditawari harga 33 dolar AS (sekitar Rp 438,9 ribu) per lembar saham dengan valuasi Uber senilai 48 miliar dolar AS (sekitar Rp 638 triliun).
Nilai itu terbilang rabat besar yang Uber tawarkan saking membutuhkan dana. Namun bagi para investor baru perusahaan penyedia kanal teknologi transportasi, nilai itu memberi prospek besar.