EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai, salah satu penyebab pertumbuhan kredit pada 2017 tidak capai target, karena ada shifting atau penggeseran ke pembiayaan pasar modal.
Pada 2017 pertumbuhan kredit sebesar 8,35 persen, sebelumnya BI memproyeksikan kredit tumbuh sebesar 8 sampai 10 persen tahun lalu namun jelang akhir tahun, proyeksi tersebut diturunkan menjadi 7 sampai 9 persen. "Kita nggak boleh melihat dari sisi ini. Ya kalau sekarang sepertinya ada shifting juga," ujar Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto, saat ditemui pekan ini, di Jakarta.
Menurutnya, tahun lalu, banyak perusahaan melakukan konsolidasi. Perbankan pun melakukan pembersihan. "Jadi natural saja, ya (kredit) melambat tapi tetap tumbuh," tegasnya.
Peningkatan pembiayaan, kata dia, justru terjadi di sektor pasar modal. "Luar biasa sekali peningkatannya. Kalau kita jumlah pembiayaannya (dengan perbankan), bisa jadi 11 persen lebih karena sebagian ada di pasar modal," kata Erwin. Ia menambahkan pertumbuhan pembiayaan di pasar modal mencapai lebih dari 35 persen.
Menurutnya, kesempatan untuk meningkatkan kinerja pasar modal besar sekali. Pasalnya beberapa lembaga pemeringkat dunia, telah menaikkan rating investasi Indonesia menjadi layak investasi.
Meski begitu, Erwin meyakini kinerja perbankan tahun ini akan lebih baik dibandingkan sebelumnya. Hal itu karena kondisi perekonomian baik di dalam maupun luar negeri diprediksi lebih bagus. Dia bahkan bahkan memperkirakan, pertumbuhan kredit 2018 bisa di atas 10 persen. "Bisa sekitar 12 persen," kata Erwin.