EKBIS.CO, SAMPIT -- Perlahan tapi pasti, batik Sampit khas Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, makin dikenal masyarakat luas. Bahkan pemasarannya kini sudah menembus pasar nasional.
"Pesanan datang di antaranya dari Makassar, Lampung, Bangka Belitung dan lainnya. Bahkan kemarin Majelis Nasional KAHMI tertarik mengusulkan batik Sampit menjadi motif batik resmi KAHMI," kata Zam'an, salah satu pengusaha batik Sampit, Jumat (9/3).
Respons masyarakat Kotawaringin Timur dan luar daerah terhadap batik Sampit sangat bagus, padahal promosi belum dilakukan secara besar-besaran. Bahkan Zam'an mengaku mulai kewalahan melayani pesanan dari berbagai pihak.
Saat ini pesanan batik Sampit umumnya berasal dari instansi pemerintah dan swasta, namun minat masyarakat secara perorangan juga meningkat. Untuk itulah, Zam'an memproduksi batik Sampit dengan berbagai jenis kain sehingga pembeli bisa memilih sesuai selera dan kemampuan.
Zam'an menjual kain batik Sampit dengan harga antara Rp 35 ribu sampai Rp 115 ribu per meter. Motif yang dibuat yaitu anggrek tewu, gayung birang dan jelawat.
Memasyarakatkan batik Sampit tidak hanya untuk tujuan komersial, tetapi juga pelestarian hasil budaya dan promosi daerah. Dengan dikenalnya batik Sampit di luar daerah, nama Kabupaten Kotawaringin Timur makin populer sehingga makin banyak pula tamu yang datang untuk berinvestasi maupun berwisata ke daerah ini.
Kebijakan pemerintah daerah juga sangat berpengaruh terhadap upaya memasyarakatkan batik Sampit. Dampaknya sangat positif dengan munculnya berbagai jenis usaha masyarakat terkait bidang ini.
Mengenakan batik Sampit kini menjadi sebuah kebanggaan, apalagi motif-motifnya memang unik dan menarik. Bahkan banyak instansi yang minta dibuatkan desain eksklusif yang dicetak terbatas khusus instansi mereka.
"Yang menjadi kendala kami saat ini adalah upah menjahit baju yang mahal yakni Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu per baju, padahal upah menjahit di Jawa hanya sekitar Rp 30ribu, bahkan bisa cuma Rp 20 ribu per baju jika dalam jumlah besar," kata Zam'an.
Batik Sampit mulai dipopulerkan oleh Bupati H Supian Hadi saat pembukaan Sampit Expo pada tahun 2013 lalu. Kini batik Sampit terus dikembangkan sehingga makin diminati.
Motif batik Sampit memiliki makna penting, yaitu motivasi. Batik Sampit merupakan perpaduan anggrek tebu atau dalam bahasa Dayak disebut anggrek tewu dan motif gayung birang. Kini juga dibuat motif jelawat, yakni ikan air tawar yang dijadikan ikon Kotawaringin Timur.
Anggrek tewu merupakan anggrek khas Kabupaten Kotawaringin Timur. Motif-motif tersebut sengaja dipilih karena mempunyai makna yang dalam, sekaligus sebagai harapan dan doa. Batik Sampit merupakan murni hasil karya para seniman dan putra daerah.
Upaya mempromosikan batik Sampit juga dilakukan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kotawaringin Timur. Dalam Sampit Expo 2018 yang berlangsung hingga 11 Maret, mereka mengusung tema Cafe Batik di stan mereka.
"Ide dasarnya, batik identik dengan keunikan khas Indonesia, tapi ini khusus batik Sampit. Tujuannya untuk pelestarian batik Sampit karena harus dilindungi dan dikembangkan ke event nasional dengan dipatenkan hak ciptanya, sehingga tidak sama dengan daerah lain," ujar Kepala Bidang Anggaran Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kotawaringin Timur, Muhammad Indra.
Batik Sampit adalah salah satu produk khas Kotawaringin Timur yang harus terus dikembangkan dan dipromosikan. Jika batik Sampit makin diminati maka dampaknya sangat positif terhadap perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.