EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2018 tidak akan lebih baik dibandingkan tahun lalu (year on year/yoy).Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pertumbuhan pada awal tahun diprediksi tertekan kinerja sektor pertanian.
"Mungkin kuartal I tidak bisa lebih tinggi dari tahun lalu. Ya, sudah bagus kalau sama," kata Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (19/3).
Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2017 adalah sebesar 5,01 persen (yoy). Berdasarkan lapangan usaha, sektor pertanian tumbuh sebesar 7,15 persen (yoy) dan berkontribusi sebesar 13,59 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sektor pertanian menempati peringkat kedua terbesar dalam kontribusi PDB setelah sektor industri.
Darmin menjelaskan, sektor pertanian diprediksi akan tumbuh lebih lambat pada kuartal I 2018 dibandingkan tahun sebelumnya. Hal itu, ujarnya, disebabkan puncak panen yang jatuh lebih lambat dibandingkan tahun lalu.
Ia mengaku, puncak panen tahun lalu terjadi pada Maret. Sementara, tahun ini puncak panen diprediksi baru akan terjadi pada April. "Sehingga mungkin saja pertaniannya akan lebih lambat karena panen puncaknya April. Artinya itu kuartal dua," ujar Darmin.
Darmin mengamati, puncak panen bergerak akibat dampak tanam gadu tahun lalu. Ia menilai, tanam gadu 2017 mendorong awal masa tanam rendeng.
"Ini kelihatannya bergerak karena tahun lalu tampaknya agak terlalu dipaksakan panen gadunya dua kali. Sehingga, terdorong dia tanamnya (rendeng) ke depan. Walaupun panen gadu dua kali, sayangnya hasilnya tidak optimal karena kelihatannya hamanya agak jelek tahun lalu itu," ujar Darmin.
Selain pertanian, indikator lain yang juga disoroti Darmin adalah kredit perbankan. Ia mengaku, pertumbuhan kredit yang belum pulih turut menekan laju pertumbuhan ekonomi. "Indikator lain yang bisa dilihat adalah kredit.
Pertumbuhan kredit belum pulih. Sehingga mungkin kuartal I tidak bisa lebih tinggi dari tahun lalu," ujar Darmin.