EKBIS.CO, JAKARTA -- Peningkatan produksi pertanian dihadapkan dengan berbagai tantangan dan hambatan. Selain lahan pertanian yang berkurang dan beralih fungsi, produksi pertanian juga dihadapkan pada organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti hama juga patogen. Selain itu juga ancaman kerusakan lain akibat penanganan pascapanen seperti transportasi, processing dan storage.
Direktur Pupuk dan Pestisida Kementerian Pertanian Prof. Dr. Dadang, M.Sc mengatakan, organisme pengganggu tanaman bisa disebut sebagai salah satu faktor yang bisa menekan produksi.
"Dari produksi pertanian yang mencapai 60 juta ton per tahun, 10 persen rusak karena hama," ujar Dadang, Kamis (22/3).
Karena itu pengendalian hama merupakan hal penting untuk dilakukan guna menjaga produksi pertanian dan mewujudkan nawacita pemerintah dalam mencapai swasembada dan ketahanan pangan.
"Artinya diperlukan pengendalian (OPT) yang baik dan benar," ujar Dadang.
Penggunaan pestisida disebut sebagai salah satu bagian yang dapat dilakukan dalam pengendalian OPT. Hanya saja penggunaanya harus dilakukan dengan baik dan benar. Disesuaikan dengan kebutuhan. Pestisida bukan untuk meningkatkan hasil produksi, tapi untuk pengendalian OPT.
Seperti yang selalu disampaikannya, bahwa Pestisida aman digunakan. Bahkan pestisida disebutnya sangat dekat dengan kehidupan masyarakat. Tidak terbatas hanya pada lahan pertanian.
Pada konstruksi bangunan misalnya. Pestisida digunakan untuk menjaga kayu-kayu konstruksi tahan rayap. Begitu juga di rumah tangga banyak digunakan untuk pengendali serangga (pest control).
Bahkan pada produk-produk perawatan seperti shampoo dan lipstik mengandung kandungan pestisida. Hanya saja jenis dan jumlahnya disesuaikan hingga sangat aman. Disesuaikan dengan aturan.
"Karena itu sangat penting bagi petani untuk benar-benar memahami penggunaan pestisida. Kementan pun bersama pihak terkait lainnya selalu memberikan pemahaman dan pelatihan kepada petani tentang penggunaan pestisida," kata dia.
Croplife Indonesia sebagai asosiasi nirlaba juga turut melakukan edukasi bagi petani. Untuk mewujudkan praktik pertanian yang baik, ramah lingkungan dab berkelanjutan.
Executive Director CropLife Indonesia, Agung Kurniawan mengatakan, salah satu masalah yang banyak terjadi pada petani adalah sering menghadapi baiaya produksi yang tinggi dan terancam mengalami kegagalan panen karena disebabkan oleh serangan hama dan penyakit.
Hal ini karena petani masih kurang memiliki pengetahuan mengenaki praktik pertanian yang baik (Good Agriculture Practice) dan praktik penggunaan pestisida yang baik (Good Pesticide Practice).
"Hal yang kita kampanyekan pada petani adalah pengendalian hama dan penyakit terpadu, tata kelola pengelola penggunaan pestisida. Diantaranya memahami label, mengerjaak dengan hati-hati, menjaga kebersihan diri dan lainnya," ujar Agung.
Selain itu juga pemahaman untuk antipemalsuan produk pestisida serta pengelolaan resistensi.
"Semangat harmonisasi pengelolaan pestisida merupakan komponen penting terhadap industri produk perlindungan tanaman dan merupakan fokus penting karena berhubungan erat dengan pertumbuhan ekonomi dan keamanan pangan dunia," ujar Agung.