EKBIS.CO, JAKARTA -- Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank CIMB Niaga Tbk atau CIMB Niaga Syariah terus memperbesar aset. Hal itu dilakukan CIMB Niaga Syariah sebelum memisahkan diri dari bank induk (spin off) yang paling lambat harus dilakukan pada 2023 mendatang.
Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P Djajanegara mengatakan, tadinya CIMB Niaga Syariah berencana memisahkan diri dari induk pada 2018 ini. Namun rencana itu urung dilakukan karena belum matangnya persiapan. "Jadi kita wacanakan spin off pada 2022, tapi syaratnya bisnisnya harus besar minimal Rp 40 triliun sampai Rp 50 triliun," ujar Pandji saat jumpa pers di Jakarta, Senin (26/3).
Menurut Pandji, ukuran bisnis yang besar diperlukan agar nantinya dapat menekan biaya-biaya yang timbul dalam operasional perusahaan ke depan. Ia tidak menginginkan aset justru malah menjadi turun ketika sudah berpisah dari bank induk. "Aset harus besar. Kalau kecil sama saja," kata Pandji.
Selain soal aset, Pandji menekankan pentingnya menjaga tingkat layanan dan juga dukungan infrastruktur terutama teknologi informasi yang semakin canggih. Aset CIMB Niaga Syariah memang berkembang pesat sejak menerapkan strategi Dual Banking Leverage Model (DBLM). Yang mana CIMB Niaga Syariah dapat memanfaatkan fasilitas dan jaringan dari bank induk.
Sepanjang 2017 lalu, CIMB Niaga Syariah mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 85 persen menjadi Rp 23,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 12,8 triliun. Tumbuhnya aset tersebut ditopang oleh meningkatnya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan sepanjang tahun lalu.
Total DPK yang berhasil dihimpun hingga akhir 2017 mencapai Rp 19,9 triliun atau tumbuh 87,3 persen dibandingkan DPK tahun sebelumnya sebesar Rp 10,6 triliun. Sementara itu, total pembiayaan mencapai Rp 16,7 triliun atau tumbuh 63,5 persen dibandingkan posisi yang sama 2016 lalu sebesar Rp 10,2 triliun.