EKBIS.CO, JAKARTA – PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) terus memacu program International Expansion (Inex) dengan mengandalkan anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Internasional (Telin) sebagai mesin pertumbuhan.
"Telin berhasil menambah wilayah operasinya dan terus melakukan ekspansi layanan. Terbaru menambah data center di luar negeri dengan NeutcentrIX HK-1 di Hong Kong," ungkap Direktur Wholesale & International Services Telkom Abdus Somad Arief, dalam siaran persnya, kemarin.
Diungkapkannya, saat ini Telin telah beroperasi di Singapura, Hong Kong, Timor Leste, Australia, Malaysia, Amerika Serikat, Myanmar, Macau, Taiwan, Selandia Baru, dan Arab Saudi.
Bisnis yang digeluti Telin diantaranya platform, managed network & security, data center, connectivity, dan lainnya.
Telin mengelola 19 kabel laut internasional dengan panjang hingga 163.5 ribu kilometer atau empat kali keliling khatulistiwa, memiliki 57 Point of Presence (PoP) di 27 negara, dan mengelola 4 data center di luar negeri dengan merek NeutcentrIX.
“Bicara pertumbuhan pendapatan Telin dari bisnis internasional sangat menjanjikan. Tahun lalu growth revenue dari bisnis global Telin itu 23%, tahun ini bisa lebih besar karena terus ekspansi,” katanya.
Chief Marketing Officer Telin Budi Satria Dharma Purba menambajhkan saat ini bisnis Wholesale untuk internasional mengalami perubahan dari konektifitas ke data center, managed service, dan lainnya.
“Jika dilihat pertumbuhan tahunan 2016-2022 kontribusi konekstifitas itu menurun bagi pasar wholesales. 2016 masih 41% dari total pasar, tapi 2022 menjadi 28%. Bisnis yang naik di Wholesale internasional itu data center dan platform bisa 46% kontribusinya pada 2022,”ulasnya.
Ditambahkannya, kondisi pasar global itu juga sama jika melihat pasar wholesale internasional di Indonesia. Pada 2016, kontribusi konektifitas masih 84%, tapi pada 2022 menjadi 65%.
“Ini menjadikan Telin harus meningkatkan kapabilitas agar bisa bersaing di pasar global. Meningkatkan kapabilitas itu bisa dengan inorganic path seperti melakukan merger atau akuisisi, partnership atau kolaborasi, hingga meningkatkan layanan dan produk,” katanya.
Abdus Somad menambahkan posisi Telin sangat strategis karena tidak hanya menggarap pasar internasional, tetapi mendatangkan potensi bisnis internasional ke Indonesia.
"Kami siap menjembatani para pemain global yang ingin menggarap potensi pasar Indonesia, sebaliknya melalui Telin kita juga siap membawa pengalaman yang ada di Indonesia ke pasar global. Saat ini ada sekitar 130 wholesaler partners-nya Telin di global market," pungkasnya.
Mengutip Info Memo Keuangan Telkom 2017, portfolio wholesale and International Business dari Telkom menghasilkan pendapatan Rp7,4 triliun tumbuh 26,8% dibandingkan 2016 sebesar Rp5,83 triliun.
Melihat kinerja dan konsistensi Telkom, dari 31 analis yang disurvei Bloomberg belum lama ini, sebanyak 23 analis merekomendasikan beli bagi saham dari operator pelat merah ini. Walau saham Telkom mengalami gejolak belakang ini, kalangan analis memproyeksikan harganya hingga akhir tahun bisa mencapai di kisaran Rp4.732 per lembar.
Telkom menjadi salah satu primadona bagi investor di bursa saham karena menjanjikan tingkat pengembalian ekuitas, return on equity (ROE), yang baik. ROE perusahaan sebesar 24,9% pada periode 2012; sebesar 23,7% pada periode 2013; sebesar 21,4% pada periode 2014; sebesar 20,6% pada periode 2015; dan 22,9% pada periode 2016.
Perusahaan mempunyai ROE yang cukup besar yaitu di atas 20% selama periode 2012 sampai dengan 2017 berarti bahwa perusahaan memberikan hasil yang cukup baik sekali.
Apabila nilai ROE ini dibandingkan dengan ekspektasi atas investasi berinvestasi maka investasi pada Telkom memberikan hasil yang cukup baik. Bahkan, bisa dikatakan investasi pada Telkom ini lebih tinggi dari perusahaan lain, termasuk kepada perbankan.