Jumat 04 May 2018 18:10 WIB

BI: Volatilitas Rupiah Masih Rendah, Belum Memprihatinkan

Volatilitas rupiah bergerak di posisi 5,7 persen.

Red: Teguh Firmansyah
Petugas menunjukan pecahan uang dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing, di Jakarta (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Petugas menunjukan pecahan uang dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing, di Jakarta (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia menyebutkan tingkat volatilitas pergerakkan rupiah sebesar 5,7 persen (year to date/ytd) hingga 4 Mei 2018 masih rendah dan belum memasuki kondisi yang memprihatinkan.

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah di Jakarta, Jumat, mengatakan nilai rupiah memang tertekan dalam beberapa pekan terakhir karena keperkasaan dolar AS menyusul dinamika ekonomi di Negara Paman Sam. Namun jika dilihat secara proposional, jelas Nanang, masih dalam rentang depresiasi yang wajar.

Untuk tahun kalender berjalan sejak 1 Januari 2018 hingga 5 Mei 2018, ,volatilitas rupiah bergerak di 5,7 persen, atau lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain yang mencapai 11 persen.

 

Baca juga,  Perbankan Waspadai Nilai Tukar Rupiah.

 

"BI intervensi hanya untuk memperlunak volatilitas (smoothing volatility). Untuk Jumat ini, volatilitas rupiah di level 5,7 persen, dengan depresiasi 0,01 persen," ujar dia.

"Jadi tidak usah panik," tambahnya.

Bank Sentral, katanya, terus menggencarkan dual intervensi di pasar valas dan juga Surat Berharga Negara (SBN). Hari ini imbal hasil (yield) SBN Indonesia di kisaran enam persen atau menunjukkan penurunan tipis, karena operasi moneter BI.

"BI siap untuk beli SBN tapi tidak ingin mendistorsi (harga di) pasar. Tetapi kadang-kadang, jika terjadi arus modal (outflow) yang menggangu, kita lakukan stabilisasi," ujar dia.

Di pasar valas, kata BI, likuiditas juga memadai. Indikasinya selisih harga beli valas dan jual itu sempit. Volume transaksi di pasar valas hingga 5 Mei 2018 per hari mencapai tujuh miliar dolar AS, atau lebih likuid dibandingkan rata-rata harian di 2013 yang sebesar tiga miliar dolar AS. "Jadi kebutuhan valas masih terpenuhi oleh pasar. BI masuk ke pasar lebih kepada 'smoothing' (harga). Jadi suplai dan permintaan terjaga," ujar Nanang.

Nilai tukar rupiah pada Jumat ini menunjukkan sedikit penguatan. Kurs Refrensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) yang diumumkan BI pada Jumat ini memperlihatkan rupiah diperdagangkan di Rp 13.943 per dolar AS atau menguat 22 poin dari Kamis (3/5) yang sebesar Rp13.965 per dolar AS.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement