Selasa 08 May 2018 19:22 WIB

Rupiah Melemah, Cadangan Devisa Tergerus

Cadangan devisa per akhir April sebesar 124,9 miliar dolar AS.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas menunjukkan uang dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung di Jakarta.
Foto: Hafidz Mubarak/Antara
Petugas menunjukkan uang dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung di Jakarta.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mengumumkan, posisi cadangan devisa Indonesia per akhir April 2018 tercatat sebesar 124,9 miliar dolar AS. Jumlah itu lebih rendah dibandingkan posisi akhir Maret 2018 yang mencapai 126 miliar dolar AS.

Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman Zainal menjelaskan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor serta pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi itu juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal. Termasuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," ujar Agusman melalui keterangan resmi, Selasa, (8/5).

Penurunan cadangan devisa pada April 2018, kata dia, terutama dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah. Sekaligus untuk stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

"Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai. Hal itu didukung terjaganya keyakinan terhadap prospek perekonomian domestik yang membaik dan kinerja ekspor yang tetap positif," tutur Agusman.

Menanggapi hal itu, Consultant Asian Development Bank Institute (ADBI) Eric Sugandi mengatakan, langkah BI untuk melakukan intervensi terukur di pasar valuta asing (valas) untuk perkecil volatilitas rupiah dengan gunakan cadangan devisa sudah tepat. Hanya saja intervensi saja dinilai tidak cukup.

"Akan lebih baik jika BI menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 sampai 50 bps pada Rapat Dewan Gubernur berikutnya," ujar Eric saat dihubungi Republika.col, Selasa, (8/5). Hal itu, kata dia, demi mengurangi atau menghentikan capital outflows.

"Dengan menaikkan suku bunga acuan BI, cadangan devisa tidak cepat terkuras," tegas Eric. Lebih lanjut, ia menilai kurs rupiah bisa menguat lagi, salah satunya jika tekanan eksternal dari penguatan dolar AS mereda.

Sebagai informasi, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar (Jisdor), kurs rupiah hari ini berada di level Rp 14.036 per dolar AS. Sebelumnya, pada Senin, (7/5), kurs rupiah ada di posisi Rp 13.956 per dolar AS.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement