Selasa 08 May 2018 20:05 WIB

BI: Pelemahan Rupiah Lebih Baik dari Rupee Hingga Lira

Potensi penguatan Rupiah diharapkan tetap terbuka.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas menunjukan pecahan uang dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing, di Jakarta (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Petugas menunjukan pecahan uang dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing, di Jakarta (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah berada di level Rp 14 ribu per dolar AS pada Selasa (8/5). Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) di Bank Indonesia, nilai tukar rupiah sebesar Rp 14.036 per dolar AS pada Selasa (8/5) sedikit melemah dibandingkan Senin (7/5) di level Rp 13.956 per dolar AS.

Sementara data Bloomberg USDIDR Spot Exchange Rate, perdagangan rupiah pada Selasa dibuka di level Rp 14.004 per dolar AS dan ditutup di level Rp 14.052 per dolar AS. Rupiah diperdagangkan di kisaran Rp 14.004 sampai Rp 14.053 per dolar AS pada Selasa.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo, mengatakan, Rupiah depresiasi sebesar 0,40 persen (mtd) pada Senin (7/5). Depresiasi tersebut lebih baik dari depresiasi mata uang India Rupee, South Africa Zaar, Rusia Rubel dan Turki Lira yang lebih tajam. Tekanan dari eksternal khususnya AS masih dominan mempengaruhi pelemahan di banyak mata uang negara maju dan berkembang.

"Secara perlahan harus dijelaskan bahwa angka depresiasi Rupiah masih wajar, dan sama dengan perkembangan mata uang regional, dan tidak pada level nominal yang kebetulan sudah menembus batas psikologis Rp 14 ribu per dolar AS," kata Dody saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (8/5).

Dody menjelaskan, Bank Indonesia telah melakukan langkah stabilisasi baik di pasar valas maupun SBN (Surat Berharga Negara) untuk meminimalisasi depresiasi yang terlalu cepat dan berlebihan.

 

Baca juga,  Kurs Rupiah Melemah ke Level Rp 14 Ribu per dolar AS.

 

BI juga akan terus menempuh langkah-langkah lainnya untuk memperkuat upaya stabilisasi bilai tukar sesuai dengan fundamentalnya. Langkah-langkah tersebut antara lain, BI akan selalu berada di pasar untuk menjaga likuiditas Rupiah dan valas dalam jumlah memadai.

BI juga akan terus melakukan assessment perkembangan perekonomian global dan dampaknya terhadap perekonomian domestik. Selain itu, BI akan terus memperkuat second line of defense bersama dengan institusi eksternal terkait.

"BI akan membuka ruang penyesuaian suku bunga jika pelemahan terus berlanjut dan berdampak pada instabilitas moenter. Kebijakan ini akan dilakukan secara berhati-hati, terukur dan bersifat data dependence," jelasnya.

Dody menambahkan, potensi penguatan Rupiah diharapkan tetap terbuka, berasal dari pertumbuhan ekonomi 2018 yang diperoyeksikan lebih baik dari 2017. Pertumbuhan ekonomi tahun ini akan didorong oleh investasi dan konsumsi yang diperoyeksikan akan meningkat.

"Terkait concern pasar yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 yang seharusnya lebih tinggi dari realisasi 5,06 persen, BI tetap positif melihat angka realisasi tersebut dan memproyeksikan akan mencapai range 5,1-5,5 persen di akhir 2018," imbuhnya.

Di samping itu, secara siklus pertumbuhan PDB cenderung rendah di kuartal I sebelum kembali naik di kuartal-kuartal berukutnya. "BI tidak melihat terjadi pelemahan/perlambatan pertumbuhan PDB kuartal I 2018 yang lebih tinggi dari kuartal I 2017," pungkasnya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement