Selasa 22 May 2018 05:20 WIB

Gubernur BI: Kondisi Indonesia Kuat, tak Seperti 1998

Pelemahan nilai rupiah dinilai karena membaiknya kondisi perekonomian AS.

Red: Teguh Firmansyah
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menggelar konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur di Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (17/5). Bank Indonesia akhirnya menaikkan suku bunga acuan BI 7-days repo rate 0,25 basis poin menjadi 4,50 persen.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menggelar konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur di Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (17/5). Bank Indonesia akhirnya menaikkan suku bunga acuan BI 7-days repo rate 0,25 basis poin menjadi 4,50 persen.

EKBIS.CO,   Jakarta, 22/5 (Antara) -- Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai kondisi sistem keuangan saat ini lebih baik daripada periode krisis pada 1998. "Kondisi kita sekarang baik dan tidak perlu dikhawatirkan," kata Agus saat ditemui di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (21/5) malam.

Agus memastikan pondasi sistem keuangan lebih kuat daripada 20 tahun silam. Salah satunya ditandai oleh tercukupinya cadangan devisa hingga mencapai 124,86 miliar dolar AS pada April 2018.

Selain itu, kondisi perbankan saat ini juga dalam keadaan terjaga, yang terlihat dari rasio kecukupan modal (CAR) pada kisaran 22 persen dan kredit bermasalah (NPL) dibawah tiga persen.

Penguatan sistem perbankan ini, kata Agus, didukung oleh adanya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang mempunyai tugas untuk menjamin dana tabungan milik nasabah.

"Jadi, secara umum, indikator ekonomi Indonesia menunjukkan masih baik kalau dibandingkan dengan kondisi 10 atau 20 tahun lalu," ujarnya.

Terkait dengan depresiasi rupiah yang sempat mendekati level Rp14.200-an, pada  Senin (21/5), Agus mengatakan bahwa hal itu disebabkan oleh sentimen positif dari membaiknya perekonomian di AS.

Ia memastikan dampak dari fenomena penguatan dolar AS tersebut terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara berkembang lainnya. "Sentimen positif untuk dolar AS menyebabkan currency melemah. Akan tetapi, secara umum ini dialami juga oleh negara-negara lainnya," kata Agus.

Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan hampir menyentuh Rp 14.200 per dolar AS pada Senin (21/5). Padahal Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan BI 7-day reserve repo rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5 persen pada Kamis (17/5).

"Pelemahan kurs pekan ini bisa sampai ke level Rp 14.300 per dolar AS," kata Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira, saat dihubungi wartawan, Senin (21/5).

Berdasarkan data Bloomberg USDIDR Spot Exchange Rate, perdagangan rupiah pada Senin dibuka di level Rp 14.175 per dolar AS dan ditutup di level Rp 14.190 per dolar AS, melemah 34 poin atau 0,24 persen dibandingkan penutupan pada Jumat (18/5) di level Rp 14.156 per dolar AS. Perdagangan Rupiah pada Senin berada di kisaran Rp 14.175 - Rp 14.203 per dolar AS.

Sementara berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) di Bank Indonesia, nilai tukar rupiah ditetapkan sebesar Rp 14.176 per dolar AS pada Senin (21/5), melemah 69 poin dibandingkan Jumat (18/5) di level Rp 14.107 per dolar AS.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement