Selasa 22 May 2018 10:34 WIB

Lagi, Rupiah Dibuka Melemah

Sentimen dari luar membuat rupiah masih dalam tekanan.

Red: Teguh Firmansyah
Nilai Tukar Rupiah (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO
Nilai Tukar Rupiah (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak melemah sebesar 78 poin menjadi Rp14.181 dibanding posisi sebelumnya Rp 14.103 per dolar AS.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Selasa (22/5), mengatakan sentimen mengenai kesepakatan perdagangan Amerika Serikat-Cina membuat dolar AS kembali meningkat di pasar global. Akibatnya, rupiah terkena dampaknya dan kembali melemah. "Masih dominannya sentimen eksternal membuat laju dolar AS kembali terapresiasi dan rupiah kehilangan momentum untuk terapresiasi," kata Reza.

Ia menambahkan bahwa imbal hasil obligasi Amerika Serikat yang berada di atas level 3 persen juga masih menjadi salah satu faktor yang membebani mata uang domestik.

"Rupiah diestimasikan akan bergerak di kisaran Rp14.169-Rp14.189 per dolar AS pada hari ini (22/5)," katanya.

Ia mengharapkan sentimen positif dari dalam negeri mengenai optimisme pemerintah terhadap target rasio pajak 2019 yang dipatok pada kisaran 11,4-11,9 persen yang akan tercapai dapat menahan tekanan nilai tukar domestik lebih dalam.

Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail menambahkan kuatnya data tenaga kerja di Amerika Serikat memberi sinyal Bank Sentral AS atau The Fed akan menaikkan suku bunga di bulan Juni mendatang. "Sentimen itu diperkirakan dapat memperlemah posisi rupiah yang minim katalis positif," katanya.

Terkait pelemahan rupiah ini, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai, kebijakan moneter yang diambil sudah tepat. "Kita melihat sekarang ini dengan menaikkan 25 basis poin dan didukung oleh bauran kebijakan yang lain, ini konsisten untuk menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia di tengah situasi dunia yang sedang penuh ketidakpastian. Namun tentu kita tidak bisa lepas dari kondisi nilai tukar terhadap mata uang dunia lainnya khususnya dengan dolar AS," ujar Agus di kantor Kemenkeu pada Senin (21/5).

Agus menjelaskan, pelemahan rupiah diakibatkan tekanan eksternal terutama kebijakan yang diambil oleh Amerika Serikat. Hal itu pun memberikan sentimen positif pada dolar AS dan menyebabkan mata uang negara lain melemah. Kondisi itu tak hanya berdampak pada rupiah tapi juga mata uang negara lain.

Agus juga menampik kondisi pelemahan rupiah serupa dengan kondisi ketika terjadi krisis pada 1998 maupun 2008. Ia mengaku, kondisi sistem keuangan Indonesia sudah lebih baik. "Lihat dari cadangan devisa, lihat dari bahwa sekarang sudah ada perbankan yang sehat, yang punya permodalan 22 persen lebih, NPL di bawah 3 persen, kita juga lihat sudah ada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menjamin deposit. Kalau seandainya mau dibandingkan dengan kondisi 10 atau 20 tahun yang lalu, kondisi kita sekarang baik dan tidak perlu dikhawatirkan," ujar Agus.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement