EKBIS.CO, JAKARTA -- Melemahnya rupiah tak hanya berdampak pada perekonomian Indonesia secara nasional, tetapi juga berdampak pada perusahaan BUMN, seperti PLN. Salah satu langkah antisipasinya adalah dengan melakukan hedging.
Kepala Satuan Komunikasi PLN, Made Suprateka menjelaskan berdampaknya melemahnya rupiah terhadap PLN khususnya untuk pembangkit listrik dengan basis minyak bumi. Hal ini berdampak pada harga pokok produksi PLN.
"Ya, kan kita masih ada Pembangkit yang memakai BBM, jadi ada dampak, tapi nggak banyak," ujar Made di Hotel Darmawangsa, Selasa (22/5).
Selain pembangkit yang menggunakan minyak, pembangkit batu bara juga terdampak dengan melemahnya rupiah. Untungnya kata Made, pemerintah sudah memutuskan untuk membuat harga batubara khusus untuk PLN. Maka, pengendalian harga masih bisa tertangani.
"Ya, langkah langkahnya tetap kita lakukan hedging pada saat perencanaan," ujar Made.
Made mengatakan, meski melemahnya rupiah berdampak pada PLN. Namun, PLN berkomitmen untuk tidak mengubah tarif dasar listrik. Apabila, mengacu pada formula pembentukan tarif listrik penyesuaian yaitu kurs dolar AS, harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) dan inflasi, seharusnya tarif listrik untuk golongan non subsidi mengalami kenaikan.
Namun menurut Maden, PLN dan pemerintah telah berkomitmen untuk tidak menaikan tarif listrik sampai 2019, meski jika mengacu berdasarkan formula pembentukannya seharunya tarif listrik mengalami kenaikan.
"Tarif adjustment PLN dan pemerintah punya komitmen, kita selau dengar bagimana kita usahakan harga harus dijaga," tuturnya.