EKBIS.CO, CIREBON -- Tak lengkap rasanya bepergian ke Cirebon tanpa berkunjung ke sentra batik Trusmi. Pasar Batik Trusmi Cirebon yang terletak di Jalan Cendrawasih menawarkan ragam batik dari seratusan perajin rumahan yang sudah diseleksi oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Dari baju rumahan seperti daster hingga busana formal untuk pergi pesta tersedia di sentra batik yang buka dari pukul 09.00 WIB hingga sekitar 18.00 WIB itu. Harganya pun bervariasi, dari Rp 20 ribu untuk aksesoris seperti kalung dan tempat pensil sampai Rp 300ribuan untuk kain batik tulis.
Salah seorang penjual, Rosdiana (32 tahun), motif batik yang tersedia beragam. Tidak hanya motif mega mendung khas Cirebon, juga motif dari daerah tetangga, Pekalongan, Jawa Tengah. "Tapi, yang paling banyak dicari ya khas Cirebon," ujarnya ketika ditemui Republika.co.id saat sedang berjualan di tokonya, Tresna Batik, Ahad (17/6).
Pasar Batik Trusmi memiliki banyak keunggulan yang bisa menjadi daya tarik bagi para pelancong, salah satunya harga yang terjangkau. Penjual di sentra batik tersebut merupakan para perajin produknya sendiri, tidak melalui perantara sehingga lebih murah dibanding dengan di toko lain maupun swalayan.
Selain itu, seratusan perajin yang berada di Pasar Batik Trusmi memungkinkan wisatawan memiliki ragam pilihan. Meski motif yang ditawarkan didominasi mega mendung, mereka menghadirkannya dengan warna dan potongan busana berbeda. Jadi, pengunjung tidak bisa menemukan produk yang persis sama di tiap toko.
Daya tarik itu yang membuat seorang pemudik asal Jakarta, Tantriana (27 tahun) meluangkan waktu ke Pasar Batik Trusmi. "Karena banyak pilihan, jangan lupa dan capek untuk masuk keluar ke banyak toko, jadi bisa membandingkan harga dan motifnya," tuturnya.
Lokasinya yang strategis juga membuat Pasar Batik Trusmi semakin menarik perhatian pelancong. Wisatawan bisa keluar Tol Cipali-Palikanci di Gerbang Tol Plumbon yang mengarah ke arah Kota Cirebon. Sekitar tiga kilometer dari keluar tol, akan ditemukan gapura bertuliskan Kawasan Wisata Sentra Batik Trusmi di sebelah kiri.
Di Pasar Batik Trusmi, tersedia area parkir terbuka yang mampu menampung hingga 70 kendaraan bermotor. Area kosong lainnya di belakang pasar juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat parkir. Tapi, beberapa kali, area itu digunakan untuk mengadakan acara seperti reunian sekolah atau kumpul komunitas.
Tidak hanya sentra batik, di area Pasar Batik Trusmi juga tersedia restoran yang menyajikan empal gentong dan ragam es. Tempat makan itu berada di sisi kanan sentra batik yang masih berada di satu area.
Rosdiana mengatakan, pada musim mudik, Pasar Batik Trusmi selalu ramai oleh pengunjung. Sejak tujuh hari jelang Lebaran, baik pemudik maupun masyarakat lokal memenuhi sentra. "Mereka ada yang beli baju seragaman keluarga atau buat oleh-oleh," ujar ibu satu anak itu.
Dibanding dengan tahun lalu, Rosdiana mengaku pendapatannya tahun ini menurun lumayan signifikan hingga 50 persen. Jika Lebaran 2017, ia bisa meraih pemasukan Rp 10 juta per hari, kini Rosdiana hanya dapat Rp 5 juta tiap hari.
Rosdiana memperkirakan, keberadaan polisi di depan sentra membuat pengunjung merasa enggan untuk masuk ke Pasar Batik Trusmi. Selain itu, kondisi ruas tol yang sudah terhubung dan memiliki kualitas lebih baik juga menjadi alasan penunjang.
Terlepas dari dinamika pendapatan, pedagang di Pasar Batik Trusmi merasa terbantu dengan adanya sentra yang baru dibangun dua tahun ini. "Membantu kami sebagai perajin rumahan untuk berjualan," tutur pemilik toko Avicenna, Ipah (39 tahun).
Pada musim mudik, Ipah mengaku bisa meraih pendapatan lebih dari empat kali lipat dibandingkan hari biasa. Sementara pada musim nonmudik ia dapat membawa pulang Rp 2 juta tiap hari, saat ini Ipah meraup pemasukan sampai Rp 8 juta.
Pendapatan tertinggi didapatkan Ipah pada Sabtu (16/6) atau H+1, ketika warga Jakarta dan sekitarnya sudah tiba di Cirebon untuk mudik. Kondisi itu biasanya akan dirasakan Ipah sampai H+4 atau sekitar Selasa (19/6) yakni ketika arus balik memasuki puncaknya.