Senin 25 Jun 2018 15:08 WIB

Rupiah Kembali Melemah, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Pemerintah akan tetap menjaga momen pertumbuhan.

Red: Teguh Firmansyah
Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Menteri Keuangan Sri Mulyani.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menjelaskan, pelemahan rupiah yang hingga Senin di posisi Rp 14.113 per dolar AS harus dilihat dari benchmark terhadap negara lain maupun terhadap dolar AS sendiri. Menurut Sri, setiap saat ada pemicu pergerakan rupiah.

"Karena ini setiap hari ada pemicunya, apakah hari ini Presiden Trump bilang ini, kemudian policy-nya terhadap RRT (Republik Rakyat Tiongkok). Jadi, ini akan terus dinamis yang akan harus kita terus respons, tidak harian, tapi kita jaga dari sisi yang disebut jangka menengah panjang," kata Sri Mulyani setelah dipanggil Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (25/6).

Menkeu mengatakan, selama tahun ini pelaksanaan APBN bisa berjalan secara baik dan momentum pertumbuhan ekonomi tetap akan dijaga. Pemerintah akan memantau dan mengevaluasi setiap isu yang berkembang.

"Kita akan melihat banyak sekali segi itu. Jadi, kita tidak merespons setiap hari. Namun, kita melakukan apa yang disebut monitoring evaluasi dan reaksinya secara bersama-sama," katanya.

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak melemah sebesar 27 poin menjadi Rp 14.113 dibanding posisi sebelumnya Rp 14.086 per dolar AS.

Laju kurs rupiah kembali melemah terhadap dolar AS. Bahkan, setelah sempat meninggalkan level Rp 14 ribu per dolar AS, kini mata uang Garuda kembali menembus level Rp 14.100 per dolar AS.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), hari ini, Senin (25/6), nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 14.105 per dolar AS. Angka itu belum menunjukkan penguatan sejak Jumat lalu yang berada di Rp 14.102 per dolar AS.

Kurs rupiah juga dibuka melemah pada spot perdagangan mata uang pagi ini. Rupiah dibuka menurun 18 poin atau 0,13 persen di Rp 14.104 per dolar AS.

Bukan menguat, mata uang Tanah Air tersebut justru makin terperosok pascapembukaan. Sekitar pukul 09.30 WIB, rupiah melemah 0,22 persen ke level Rp 14.117 per dolar AS.

Baca juga, Impor Melonjak, Defisit Neraca Dagang Makin Lebar.

Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia juga kembali defisit. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar 1,52 miliar dolar AS pada Mei 2018.

Defisit kembali terjadi setelah April 2018 sebesar 1,63 miliar dolar AS. Secara kumulatif dari Januari hingga Mei 2018, defisit neraca dagang makin melebar menjadi 2,83 miliar dolar AS.

"Pertumbuhan ekspor sebetulnya bagus, tapi pertumbuhan impornya jauh lebih tinggi," ujar Kepala BPS, Suhariyanto, di Jakarta, Senin (25/6). 

Impor pada Mei 2018 mencapai 17,64 miliar dolar AS. Suhariyanto menyebut, terjadi kenaikan impor sebesar 9,17 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, jika dibandingkan Mei 2017 terjadi peningkatan 28,12 persen.

Impor migas menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 20,95 persen (month to month/MTM) menjadi 2,81 miliar dolar AS. Sementara itu, impor nonmigas naik 7,19 persen (MTM) menjadi 14,89 miliar dolar AS.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement