Senin 09 Jul 2018 15:37 WIB

Harga Telur, Cabai, dan Ayam Masih Tinggi

Pedagang harus mengurangi penjualan karena terbatas dengan modal.

Rep: Idealisa Masyrafina/Riga Nurul Iman/ Red: Teguh Firmansyah
Harga Telur Ayam Naik Kembali. Pembeli memilih telur ayam negeri di pasar tradisional, Jakarta, Ahad (1/7).
Foto: Republika/ Wihdan
Harga Telur Ayam Naik Kembali. Pembeli memilih telur ayam negeri di pasar tradisional, Jakarta, Ahad (1/7).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kenaikan harga pangan membuat pedagang mengurangi jumlah penjualan. Menurut data Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), para pedagang dapat mengurangi penjualan hingga 50 persen.

"Naiknya harga menyebabkan penjualan di pasar jadi berkurang. Untuk cabai rawit merah bisa 40 persen turunnya karena berkaitan dengan modal. Produksinya jarang, modalnya tinggi," ujar Ketua Ikappi Abdullah Mansuri kepada Republika.co.id, Senin (9/7).

Data IKAPPI menyebutkan, rata-rata harga cabai rawit merah saat ini yaitu sekitar Rp 60 ribu hingga Rp 65 ribu per kilogram, dengan harga tertinggi di DKI Jakarta Rp 70 ribu per kilogram. Sedangkan, harga daging ayam lebih dari Rp 40 ribu dan telur ayam Rp 28 ribu per kilogram.

Menurut Abdullah, setiap adanya kenaikan, para pedagang harus mengurangi penjualan karena terbatas dengan modal yang sama. Untuk penjualan daging ayam dan telur telah berkurang dalam tiga bulan terakhir, kecuali akhir-akhir bulan puasa atau menjelang Lebaran.

Baca juga, Harga Telur di Purwakarta Tembus Rp 30 Ribu Per Kilogram.

Namun, saat ini kenaikan harga telah mengurangi penjualan daging ayam dan telur hingga 50 persen. Harga yang mahal juga membuat para konsumen beralih ke pangan lainnya.

photo
Daging ayam.

Misalnya untuk daging ayam dan telur yang mengalami kenaikan harga, konsumen akan beralih membeli daging ikan yang lebih murah. Selain itu, menurut Ikappi, para konsumen juga banyak beralih membeli tempe dan tahu yang harganya masih stabil dan rendah.

"Pembeli daging ayam dan telur berkurang, tempe dan tahu pembelinya jadi naik. Hingga 65 persen kenaikan konsumen yang beli dibandingkan hari biasa," ungkap Abdullah.

Sementara itu, pasokan cabai merah di pasar tradisional Kota Sukabumi, Jawa Barat, mulai berkurang. Dampaknya, harga komoditas tersebut di pasaran mengalami lonjakan. "Harga sayuran, terutama cabai merah, melonjak dalam sepekan terakhir," ujar salah seorang pedagang sayuran di sekitar Pasar Pelita, Kota Sukabumi, Zulfikar (30 tahun), Senin (9/7). Bahkan, komoditas cabai rawit hijau di pasaran mulai kosong karena minimnya pasokan.

Zulfikar menuturkan, pada Senin ini ia tidak bisa menjual cabai rawit hijau karena tidak ada barangnya. Jika pun ada, harganya sangat mahal bila dibandingkan kondisi normal. Dari pemasok sayuran atau bandar harga cabai rawit hijau mencapai Rp 37 ribu per kilogram. Sementara, bila dijual kembali bisa di atas Rp 40 ribu per kilogram karena ada biaya angkut.

Sementara untuk jenis cabai merah lainnya masih bisa dipasok dengan mendatangkan dari wilayah Bandung, tetapi harganya jauh lebih mahal.

Zulfikar mencontohkan, harga cabai merah keriting naik dari Rp 20 ribu per kilogram menjadi 32 ribu per kilogram. Kemudian, harga cabai merah lokal dari Rp 40 ribu per kilogram menjadi Rp 60 ribu per kilogram dan cabai merah TW dari Rp 30 ribu per kilogram menjadi Rp 40 ribu per kilogram.

Kenaikan harga akibat minimnya pasokan ini belum diketahui penyebabnya. Dimungkinkan para petani sayuran lokal belum memasuki musim panen atau penyebab lainnya.

Selain cabai merah, ungkap Zulfikar, harga sayuran lainnya yang naik adalah tomat. Awalnya, harga tomat hanya Rp 8 ribu per kilogram kini naik menjadi Rp 12 ribu per kilogram.

Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perdagangan dan Perindustrian (Diskop UKM-PP) Kota Sukabumi Ayep Supriatna mengatakan, penyebab terjadinya kenaikan harga akibat pasokan komoditas tersebut mengalami penurunan. Petugas tetap memantau perkembangan harga di pasaran secara rutin. Hal ini untuk mengetahui ketersediaan pasokan sembako di pasaran.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement