EKBIS.CO, SINGAPURA -- Singapura akan meminta Malaysia membayar kompensasi atas biaya yang telah dikeluarkan untuk proyek kereta api (KA) cepat. Singapura telah mengeluarkan biaya investasi ebih dari 250 juta dolar Singapura (184 juta dolar AS).
"Harus bayar kompensasi jika pemerintahan baru Malaysia membatalkan proyek secara resmi," kata para pejabat Singapura, Senin (9/7).
Baca juga, Malaysia Hentikan Pembangunan Konstruksi Proyek Kereta Cina
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan kepada media massa telah membatalkan pembangunan proyek KA cepat yang menghubungkan Kuala Lumpur dengan Singapura. Mahathir mengatakan Malaysia akan berbicara dengannya tetangga tentang kompensasi yang harus dibayarnya.
Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan dan Menteri Transportasi Khaw Boon Wan mengatakan Malaysia belum secara resmi menginformasikan pembatalan proyek tersebut. "Karena Malaysia yang telah memutuskan proyek ini terhenti, kami akan minta kompensasi dari Malaysia untuk biaya yang telah dikeluarjan sesuai dengan perjanjian bilateral dan dengan hukum internasional, "kata Balakrishnan kepada parlemen.
"Pemerintah Singapura berkewajiban melindungi dana masyarakat dengan mengganti biaya-biaya yang telah," katanya menambahkan.
Menteri transportasi Singapura Khaw mengatakan total biaya yang telah dikeluarkan melebihi 250 juta dolar Singapura pada akhir Mei 2018. Khaw mengatakan biaya yang dikeluarkan termasuk tanah untuk proyek, mendirikan lembaga pemerintah untuk menangani proyek tersebut dan untuk mempekerjakan pejabatnya.
Proyek KA cepat ini bernilai sekitar 17 miliar dolar AS dan direncanakan telah selesai tahun 2026. Jika proyek KA cepat ini akan mempersingkat waktu perjalanan antara Kuala Lumpur dan Singapura hingga sekitar 90 menit dari sebelumnya perlu waktu empat atau lima jam.
Mahathir, yang memimpin koalisi oposisi hingga menang Pemilu 9 Mei 2018, telah memprioritaskan untuk memangkas utang nasional dan berjanji meninjau proyek-proyek besar yang disetujui oleh PM Najib karena mahal dan tidak memiliki keuntungan finansial.
Ia memperkirakan Malaysia bisa memotong hampir seperlima dari itu 250 miliar dollar Amerika utang dan kewajiban nasional dengan menghentikan megaproyek itu.