Ahad 19 Aug 2018 15:35 WIB

Kementan Turunkan Impor dengan Dongkrak Populasi Sapi Lokal

Realisasi Impor daging 2016 capai 147.851 ton dan 2017 turun menjadi 120.789 ton

Red: EH Ismail
Ilustrasi produksi sapi lokal
Ilustrasi produksi sapi lokal

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian berhasil menekan angka impor daging sapi. Hal tersebut terlihat dari data tren penurunan angka impor daging sapi nasional sejak 2016. Data tersebut sekaligus membantah isu yang dihembuskan beberapa pihak yang menyatakan impor daging sapi meningkat.

Data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian menyatakan, realisasi Impor daging pada 2016 sebanyak 147.851 ton, sementara pada 2017 turun menjadi 120.789 ton. Sedangkan impor daging untuk 2018 sampai dengan 30 Juni, realisasi mencapai 69.168 ton atau 61% dari prognosa impor daging 2018 sebesar 113.510 ton.

"Artinya, dari data tersebut, apabila impor daging 2018 tidak melebihi prognosa, maka impor daging mengalami trend penurunan dari tahun 2016-2018," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (18/8).

Ketut optimis Kementan terus berupaya keras mewujudkan ketahanan pangan untuk komoditas daging sapi melalui program yang disebut Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting atau yang dikenal dengan Upsus SIWAB. Program tersebut ditujukan untuk optimalisasi reproduksi ternak sapi sehingga bisa mempercepat peningkatan populasinya.

Upsus SIWAB menjadi fokus Kementan sejak 2017, dan merupakan lanjutan dan penyempurnaan terhadap kegiatan GBIB (Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan) pada 2015 sampai dengan 2016. Untuk terjaminnya aktifitas pelayanan dalam pelaksanaan Upsus SIWAB tersebut, pemerintah memberikan semen beku dan pelayanan reproduksi secara gratis kepada masyarakat. Sebagai jaminan terlaksananya program tersebut terdata sebanyak 4.780.263 dosis semen beku yang diproduksi oleh Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, dan Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Kalimantan Selatan.

Berdasarkan realisasi pelaksanaan Upsus SIWAB pada t2017 capaian IB nasional adalah sebanyak 3.976.470 ekor atau 99,41% dari target 4 juta ekor. Dari sana capaian kebuntingan sapi nasional sebanyak terdata sebanyak 1.892.462 ekor atau 63,08% dari target 3 juta ekor. Kelahiran sapi pun berhasil terakselerasi menjadi 911.135 ekor. Secara keseluruhan populasi tahun 2017 sebanyak menjadi 18.539.000 ekor.

Ketut menekankan dengan program tersebut, populasi sapi/kerbau meningkat cukup signifikan. Terlihat dari pertumbuhan populasi sapi/kerbau pada 2015-2017 sebesar 3,84%, melonjak pesat bila dibandingkan pada periode 2012-2014 sebesar 1,03%. Inilah bukti nyata keberhasilan program pemerintah melalui Upsus" SIWAB”..

Tahun ini, pemerintah menargetkan kebuntingan sebanyak 2,1 juta ekor dari 3 juta akseptor sapi/kerbau. Berdasarkan data kumulatif sejak 1 Januari hingga 13 Agustus 2018 capaian IB nasional adalah sebanyak 2.855.153 ekor dengan total akseptor sebanyak 2.792.644 ekor atau 93,09% dari target akseptor 3 juta ekor akseptor 2018.

Untuk capaian kebuntingan nasional pada periode yang sama tercatat sebanyak 1.193.106 ekor 56,81% dari target kebuntingan 2018 sebanyak 2,1 juta ekor. Sedangkan kelahiran telah mencapai 804.753 ekor atau 47,90% dari target kelahiran 2018 sebanyak 1,68 juta ekor.

Selain bertujuan untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak sapi dan kerbau, Ketut menyatakan kegiatan Upsus SIWAB juga diharapkan memberikan dampak ekonomi secara nasional. "Nilai jual pedet lepas sapih berumur 6 bulan dengan harga rata-rata sebesar 8 juta rupiah, jika dikalikan dengan jumlah kelahiran 911.135 ekor pada tahun 2017, maka dampak ekonomi yang dihasilkan sebesar 7,28 triliun rupiah. Bandingkan dengan input pelaksanaan Upsus SIWAB yang hanya 1,07 triliyun rupiah," ujar Ketut.

Upsus SIWAB juga berhasil menambah peningkatan lapangan kerja tenaga teknis bidang peternakan seperti inseminator dan paramedik di pedesaan sebanyak menjadi 8.000 orang. Selain juga tentunya  meningkatkan minat dan motivasi masyarakat dalam usaha peternakan sapi dengan adanya insentif pelayanan.

Ketut optimis, kedepan industri peternakan sapi semakin kondusif, dan dapat terus menekan impor. Beberapa hal yang juga mendukung hal tersebut adalah pengembangan sapi unggulan jenis Belgian Blue, menciptakan iklim investasi peternakan yang baik, fasilitasi Asuransi Usaha Ternak Sapi, memfasilitasi peternak dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta pengadaan Kapal Ternak untuk menekan biaya transportasi.

"Melihat perkembangan saat ini kami optimis dapat mewujudkan kemandirian pangan dan ketahanan pangan secara berkelanjutan, khususnya untuk daging sapi," tutur Ketut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement