EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Pariwisata Arief Yahya menargetkan pembangunan 100 destinasi wisata digital dan nomadik di Indonesia sampai akhir tahun. Sampai saat ini, setidaknya baru ada 20 destinasi digital, sementara destinasi nomadik baru empat tempat. Untuk mencapai target, ia mengajak berbagai pihak untuk turut terlibat termasuk generasi milenial yang ingin berinvestasi.
Arief menjelaskan, nilai investasi untuk membangun destinasi wisata digital terbilang murah, yakni Rp 200 juta per tempat. Sedangkan, untuk wisata nomadik, nilainya jauh lebih besar yakni Rp 10 miliar per tempat. "Wisata digital jauh lebih murah karena cukup modal aksesoris menarik saja sudah bsia, misal lighting system," ujarnya ketika ditemui Republika di Jakarta, Kamis (6/9).
Kemenpar terus menggenjot upaya pembangunan destinasi wisata digital dan wisata nomadik. Sebab, menurut Arief, dua jenis tempat wisata ini diprediksi mampu menjadi daya tarik besar bagi wisatawan mancanegara. Apalagi, Kemenpar menargetkan 20 juta kunjungan turis asing pada 2019.
Arief mengatakan, wisata nomadik diprioritaskan pada empat destinasi, yakni Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika dan Borobudur. Keempatnya termasuk dalam 10 destinasi prioritas yang akan dikembangkan menjadi the next Bali. Sementara itu, untuk destinasi wisata digital, titik pembangunan akan lebih menyebar.
Arief mengajak seluruh pihak untuk ikut terlibat dalam pembangunan wisata digital dan nomadik. Tidak hanya swasta, juga pemerintah daerah yang ingin mengembangkan daerahnya menjadi tempat wisata. "Dengan target 100, berarti setidaknya tiap provinsi bisa mengajukan tiga area," tutur pria yang pernah berkarir di Telkom selama 28 tahun itu.
Destinasi nomadik berupa glamp camp, home pod, dan caravan diakui Arief kini sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Khususnya, bagi mereka yang menginginkan pengalaman baru dengan menginap selain di hotel berbintang.
Arief memastikan, Kemenpar membuka pintu lebar investasi bagi para pelaku usaha yang ingin membuat wisata nomadik dan digital. Di antaranya dengan mempermudah secara regulasi. Tidak hanya berpotensi menambah jumlah wisatawan, destinasi wisata nomadik mampu menjadi solusi dalam mengatasi keterbatasan amenitas di daerah tujuan.