EKBIS.CO, CIANJUR -- Sejumlah petani di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mulai mengembangkan produksi beras hitam. Upaya budidaya beras hitam ini dinilai dapat meningkatkan nilai tambah bagi para petani dan menarik minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian.
Salah satu petani yang mengembangkannya adalah Achmad Tantan yang merupakan Direktur Agenda Hijau Center. "Saya sudah empat tahun terakhir mengembangkan produksi beras hitam,’’ ujar Achmad Tantan, ketika ditemui di rumahnya di Kelurahan Sawah Gede, Kecamatan/ Kabupaten Cianjur Selasa (11/9).
Produksi beras hitamnya diberi nama Sawah Baik Cianjur. Saat ini respons pasar cukup baik yang ditandai dengan pemasaran produksi beras hitamnya telah menjangkau sejumlah daerah. Di antaranya Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), Bandung, Cimahi, Indramayu, Cirebon, dan Banten.
Tantan mengatakan, pengembangan beras hitam Cianjur ini terobsesi dengan keragaman hayati yang ada di Indonesia. Dalam artian beras hitam ini bukan hanya cerita makanan spesial konon raja-raja Cina. Melainkan setelah ditelusuri beras hitam juga sudah digunakan di kesultanan yang ada di nusantara.
Bahkan di beberapa daerah ada jenis lokal beras hitam termasuk Pulau Jawa dan Sulawesi. Sehingga Tantan jatuh hati untuk membudidayakan walaupun pemasaran perlu lebih keras dibandingkan beras biasa.
Terlebih kata dia dari berbagai literatur menyebutkan dari uruutan nilai gizi jenis beras yakni beras putih, coklat, merah, ungu, dan tertinggi hitam. Hal ini dikarenakan banyak kelebihan dan manfaat dari beras hitam yakni antisionin untuk antioksidan yang melawan radikal bebas kanker, vitamin E kesuburan, banyak mengandung serat, mengurangi kolesterol jahat, berpotensi menurunkan penyakit jantung, terapi diabetes, dan alzheimer.
Direktur Agenda Hijau Center Achmad Tantan ia merupakan salah satu petani yang mengembangkan beras hitam.
"Di tengah nilai tambah petani yang semakin turun dan minat generasi muda turun, siapa tahu dengan mengembangkan nilai tambah akan meningkat,’’ cetus Tantan. Faktanya nilai tambah pertanian dan banyak petani lain seperti warga sekitar yang tertarik.
Terlebih ungkap Tantan, harga gabah beras hitam bisa dua kali lipat dibandingkan gabah padi biasa. Sehingga nilai jual berasnya juga lebih dibandingkan beras biasa. Artinya pendapatan petani akan mengalami kenaikan dan ini sudah terlihat.
Tantan mengungkapkan, produksi beras hitam juga dengan melalui pendekatan agroekologi. Model yang dikembangkan menganut azas lingkungan antara lain sistem 3R yakni Reduce, Reuse, dan Recycle yang ramah terhadap tanah dan air.
"Kalau seseorang merusak tanah dan air serta udara sama merusak manusia,’’ ujar Tantan. Oleh karena itu produksi beras hitam dengan menggunakan bahan yang baik untuk tanah seperti pupuk kandang dan urine kelinci yang digunakan untuk pupuk. Selain itu jerami sebagian dikomposkan, tanah diistirahatkan, dan sekam padi dijadikan pupuk serta dedak yang dijadikan pakan ikan.
Pengembangan beras hitamnya juga sambung Tantan mendapatkan perhatian profesor dari salah satu universitas di Jepang. Mereka sengaja datang ke Cianjur untuk melihat produksi beras hitam.