EKBIS.CO, JAKARTA – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman bersama Direktur Utama Bulog Budi Waseso menggelar sidak harga dan pasokan beras ke Pasar Raya Kramat Jati dan Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jumat (14/9). Hasil sidak menunjukkan, harga dan pasokan beras masih dalam kondisi stabil.
Amran dan Buwas tiba di Pasar Kramat Jati sekitar pukul 8.30 WIB. Usai melakukan sidak, kepada wartawan Amran menyatakan harga terendah beras tipe medium sebesar Rp 8.200 per kilogram (kg), di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp 9.450 per kg. Kendati iklim memasuki musim kering, rendahnya harga menunjukkan pasokan beras lokal dinilai sangat mencukupi kebutuhan pasar.
“Tidak ada alasan harga naik. Sekarang ada paradigma baru bahwa kita juga menanam di musim kering,” kata Amran di Pasar Kramat Jati, Jumat (14/9). Menurut Amran, cara mempertahankan masa tanam di musim kering melalui pembangunan embung desa serta perbaikan irigasi yang sudah dilakukan selama tiga tahun terakhir.
Ia meminta agar seluruh pengusaha beras tidak mempermainkan harga, tetapi mengambil untung sewajarnya demi menjaga daya beli konsumen sekaligus mensejahterakan petani. Ia mengakui, harga beras sempat naik beberapa waktu lalu. Hal itu karena pasokan yang kurang mencukupi kebutuhan. Namun, saat ini ia memastikan stok cukup.
Usai meninjau harga di Pasar Kramat Jati, sidak dilanjutkan ke PIBC. Harga beras medium berkisar antara Rp 8.200 – Rp 9.000 per kg. Amran mengatakan, meski harga masih stabil, operasi pasar akan terus dilakukan secara masif.
Pemerintah dan Bulog sepakat untuk menurunkan harga beras operasi pasar (OP) dari Rp 8.750 per kg menjadi Rp 8.500 per kg. Stok OP digelontorkan antara 1.000-2.000 ton per hari. Selain itu, Bulog akan melakukan penjualan beras medium secara langsung dengan harga eceran Rp 8.250 per kg. Ia memastikan, dalam satu hingga dua minggu ke depan harga beras semakin stabil.
Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan, suplai lokal masih cukup untuk kebutuhan domestik sehingga belum dibutuhkan pasokan impor. Ia mengakui total stok beras di gudang Bulog mencapai 2,2 juta ton. Bahkan, kata dia, Bulog harus meminjam dan menyewa gudang tambahan untuk menyimpan beras sebanyak 500 ribu ton.
“Sebetulnya kapasitas gudang sampai 3 juta ton. Namun, karena ada beberapa yang harus diperbaiki maka harus disimpan di luar gudang miliki Bulog,” kata dia.
Buwas memastikan hingga akhir tahun tidak diperlukan tambahan beras impor. Petugas Bulog di seluruh Indonesia tetap berupaya memaksimalkan penyerapan produksi petani secara langsung. Lagipula, kata dia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sedang melemah sehingga harga beras impor tentu ikut naik.
Direktur Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi mengatakan, hingga Jumat pagi (14/9), total beras yang masuk ke PIBC sebanyak 3 ribu ton. Sementara itu, total stok di PIBC mencapai 47 ribu ton, atau di atas batas minimal stok sebesar 25-30 ribu ton. Hingga saat ini mayoritas beras masih dipasok dari sentra beras Jawa Barat, Jawa Tengah, serta Jawa Timur. Stok PIBC juga dipasok dari Sulawesi Selatan.
“Saat ini masih beras yang masuk seluruhnya stok lokal. Belum ada beras dari Bulog ataupun beras impor,” katanya.