Selasa 09 Oct 2018 10:15 WIB

Cina Bantah Jebak Pakistan dengan Utang

Cina telah mengucurkan dana pinjaman investasi untuk Pakistan 6 miliar dolar AS

Rep: Lintar Satria Zulfikar/ Red: Nidia Zuraya
Mata Uang Cina, Yuan
Foto: xinhua.net
Mata Uang Cina, Yuan

EKBIS.CO, ISLAMABAD — Wakil Kepala Kedutaan Cina di Pakistan Lijin Zhou membantah investasi Cina di Pakistan dalam bentuk kerja sama yang dinamakan Koridor Ekonomi Cina-Pakistan (CPEC) sebagai jebakan hutang. Zhou membantah projek ini sebagai upaya Cina memperluas dominasi mereka dipercaturan internasional.

"Upaya bilateral ini murni misi ekonomi, dan itu tidak ada hubungannya dengan memperluas pengaruh teritorial atau politik Cina," kata Zhou, seperti dilansir dari Voice of America, Selasa (9/10). 

Baca Juga

Zhou membeberkan rincian investasi dan bantuan Cina ke Pakistan ini. Zhou mengatakan dari 19 miliar dolar AS yang telah dikucurkan Cina ke proyek ini hanya 6 miliar dolar AS yang berupa pinjaman lunak.

Tingkat hanya 2 persen dan masa tenggangnya bervariasi dari lima hingga delapan tahun. Waktu pembayaran pinjaman untuk projek yang lain sekitar dari 12 sampai 15 tahun. Sisa 13 miliar dolar AS investasi luar negeri Cina di Pakistan yang sudah disepakati antara pemerintah Cina dan Pakistan.

Zhou mengatakan hal inilah yang membuat Cina menjadi investor terbesar di Pakistan selama lima tahun terakhir. Ia juga menyangkal spekulasi adanya negosiasi ulang antara Cina dan Pakistan dalam projek CPEC ini.

"Kesepakatan antara negara tidak bisa dinegosiasi ulang setelah diimplementasikan secara nyata," kata Zhou.

Sebaliknya, tambah Zhou, kedua belah pihak ingin segera menyelesaikan proyek yang sedang berjalan secepat mungkin agar proyek CPEC bisa terus diperluas ke Barat. Jika memungkinkan ke Afghanistan dan negara lainnya termasuk tetangga mereka, Iran. Zhou juga mengatakan Cina membukakan pintu kepada negara-negara Eropa, Jepang dan Amerika untuk berinvestasi di CPEC.

Baru dua bulan menjabat Perdana Menteri Pakistan Imran Khan sudah berusaha mengatasi spekulasi media tentang adanya negosiasi ulang proyek CPEC ini. Negosiasi ulang tersebut kabarnya dilakukan karena adanya persoalan dengan transparansi dan kekhawatiran hutang yang membengkak.

"Bendera Koridor Ekonomi Cina-Pakistan dibawah BRI (Belt and Road Initiative) Presiden Xi Jinping juga menawarkan kesempatan kepada negara lain untuk berinvestasi di projek CPEC dan mengambil berbagai keuntungan dari berbagai sektor," kata Khan dalam rapat kabinetnya di Islamabad.

Rapat kabinet ini membahas tentang kemanjuan proyek CPEC. Para menteri Pakistan juga membahas tentang kunjungan Khan ke Cina pada bulan ini.

"Memperkuat semua aspek kerja sama strategis Cina-Pakistan menjadi titik pijakan kebijakan luar negeri Pakistan dan implementasi awal projek CPEC akan membantu membuka potensi sebenarnya hubungan ekonomi Cina-Pakistan, tidak hanya untuk kedua negera, tapi juga seluruh kawasan," kata Khan. 

Cadangan devisa Pakistan dengan cepat menipis  karena negara ini menghadapi krisis neraca pembayaran. Mereka membutuhkan dana sekitar 12 miliar dolar As untuk membayar kewajiban mereka. Banyak yang menilai proyek CPEC yang membutuhkan banyak mesin-mesin import yang membuat perdagangan Pakistan defisit.

Menteri Keuangan Pakistan Asad Umar mengumumkan untuk mengatasi krisis ekonomi ini pemerintah Pakistan akan mendekati International Monetary Fund (IMF) untuk mendapatkan paket bailout. Amerika Serikat (AS) sudah memperingatkan IMF untuk tidak meminjamkan uang ke Pakistan.

Menurut AS uang pinjaman tersebut akan dipakai Pakistan untuk membayar hutang mereka ke Cina. Baik Pakistan maupun Cina membantah tuduhan AS tersebut.

Presiden Cina Xi Jinping terus mendorong BRI Iniative untuk meningkatkan perdagangan internasional. Ia juga mengaku inisiatif ini sebagai niat baik Cina untuk membangun infrastruktur di Pakistan.

Perusahaan investasi Amerika Morgan Stanley memperkirakan inisiatif ini pada tahun 20270 akan menghabiskan biaya sebesar 1,3 trilion dolar AS.  Xi menyebut inisiatif ini sebagai projek abad ini, ia membandingkan dengan Jalur Sultra yang menghubungan perdagangan internasional Cina.

Thailand, Laos, Sri Lanka dan Maladewa sudah mengeluh dengan persyaratan pinjaman Cina, yang mereka gambarkan sebagai jebakan hutang. Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad membatalkan pijaman sebesar 20 miliar dolar AS dari Cina.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement