Sabtu 27 Oct 2018 20:29 WIB

Prof Rokhmin: Peran Akuakultur di Masa Depan Makin Strategis

Akuakultur memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi dan peradaban.

Red: Irwan Kelana
Prof Rokhmin Dahuri membuka  International Conference of Aquaculture Indonesia (ICAI) 2018 di Yogyakarta, Jumat (26/10).
Foto: Dok MAI
Prof Rokhmin Dahuri membuka International Conference of Aquaculture Indonesia (ICAI) 2018 di Yogyakarta, Jumat (26/10).

EKBIS.CO, YOGYAKARTA – Peran akuakultur di masa depan dinilai makin strategis.  “Akuakultur dapat memainkan peran penting dalam memenuhi permintaan manusia yang meningkat tidak hanya berupa makanan berbasis protein seperti ikan, krustasea, dan moluska; tetapi juga produk farmasi, bioenergi, serta dan bahan dan produk lainnya,” kata  Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI), Prof Rokhmin Dahuri saat menyampaikan keynote speech pada International Conference of Aquaculture Indonesia (ICAI) 2018 di Yogyakarta, Jumat (26/10).

Ia menambahkan, “Karena peran sektor penghasil pangan lainnya (pertanian, peternakan, dan perikanan tangkap) menurun karena persaingan lahan dengan sektor pembangunan lain, polusi, dan penangkapan ikan berlebihan;  Maka peran akuakultur untuk mempertahankan pembangunan ekonomi dan peradaban manusia di masa depan akan menjadi lebih strategis dan penting.”

Guru Besar Perikanan dan Kelautan IPB itu mengemukakan, ICAI 2018 dirancang untuk mencapai tiga  tujuan utama. “Pertama, untuk memberikan informasi mengenai teknologi budidaya dan inovasi manajemen terkini (yang paling mutakhir) termasuk biologi molekuler dan rekayasa genetika, pakan dan nutrisi, pengendalian hama dan penyakit, kualitas air dan pengelolaan tanah, teknik budidaya perairan, biosekuriti, dan sosial- aspek ekonomi dan budaya,” kata Rokhmin dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat  (26/10).

photo
Suasana International Conference of Aquaculture Indonesia (ICAI) di Yogyakarta, Jumat (26/10).

Kedua, ujar Menteri Kelautan dan Perikanan (2001-2004, konferensi internasional itu sebagai media dan mekanisme untuk pertukaran keahlian, pengalaman, dan informasi yang terkait dengan semua aspek budidaya sebagai bisnis serta sistem pengembangan.

Terakhir, kata Rokhmin,  adalah untuk memperkuat dan meningkatkan kerja sama di antara para pemangku kepentingan akuakultur yang terdiri dari para ilmuwan (akademisi), bisnis (industri), pejabat pemerintah, dan LSM di tingkat nasional maupun  internasional.

“Saya sangat percaya bahwa konferensi internasional akuakultur ini bermanfaat tidak hanya untuk kemajuan perikanan budidaya dan kemakmuran masyarakat Indonesia, tetapi juga Asia dan  dunia,” papar Rokhmin.

ICAI 2018 mengusung tema Toward Sustainable, Effective, and Profitable Integrated Aquaculture Business. Konferensi internasional itu diikuti  sekitar 300 peserta dan pembicara dari berbagai negara. Mereka antara lain, Prof  Jeong Dae Kim (Universitas Nasional Kangwon, Korea Selatan), Dr Fabio Soller (Thailand), Prof  Jorgen Schlundt (Denmark), dan Dr  Nyan Taw (Vietnam).

Selain itu, juga hadir  Prof  Ravi Fotedar (Curtin University, Australia), Prof  Allan Davis (Auburn University, Amerika Serikat); Dr  Rohana Subasinghe (Presiden  WAS – APC 2018 – 2020); serta  Prof Ketut Sugama, Prof  Bambang Widigdo, Prof  Endhay Kusnendar, Prof.=  Halim, dan Dr Edward Danukusumah (Indonesia).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement