EKBIS.CO, TANGERANG -- Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendorong pelaku usaha memproduksi produk-produk kayu ringan inovatif dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Tujuannya, agar komoditas kayu ringan Indonesia yang kini sudah mulai berkembang dapat menguasai pasar global.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Arlinda mengatakan, Indonesia memiliki potensi hasil kayu ringan yang besar. Hanya saja, dibutuhkan informasi mengenai perkembangan inovasi yang diminati dalam rantai nilai global serta prospeknya di masa depan yang lebih intensif ke para pelaku.
"Kami bekerja sama dengan beberapa asosiasi untuk mengadakan sosialisasi melalui event untuk hal ini," tuturnya ketika ditemui di sela acara Trade Expo Indonesia di Tangerang, beberapa waktu lalu.
Arlinda menyebutkan, Indonesian Lightwood Cooperation Forum (ILCF) yang digelar pada pekan lalu di Solo menjadi salah satu upayanya. kegiatan pendukung Trade Expo Indonesia 2018 ini dihadiri sebanyak 200 perusahaan kayu ringan Indonesia dan empat buyers dari Jerman, Swedia, Belgia, dan Prancis. Keempat buyers tersebut merupakan delegasi program misi pembelian kayu ringan hasil kerja sama Ditjen PEN Kemendag dan Import Promotion Desk (IPD) Jerman.
Indonesia merupakan salah satu lumbung kayu ringan terbesar di dunia yang saat ini mulai populer digunakan untuk berbagai keperluan seperti furnitur, bahan bangunan tinggi, dan industri transportasi. Sejak beberapa tahun lalu, masyarakat Eropa mengalihkan perhatian dari kayu tropis (umumnya kayu keras) sebagai bentuk kepedulian lingkungan.
Arlinda menjelaskan, pemerintah berharap Indonesia bisa menjadi pelopor yang akan mengalahkan produk pesaing dari Cina, khususnya di pasar Eropa. "Selama ini, bahan baku produk kayu ringan Cina diimpor dari Indonesia untuk diolah menjadi produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi," ujarnya.
Menurut Arlinda, kayu ringan memiliki berbagai keunggulan. Di antaranya dari segi waktu panen untuk diameter yang sama jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi kayu keras. Kecepatan ini membuat pasokannya dapat bersumber dari kayu budi daya. Sifatnya juga fleksibel, ringan, relatif tahan api, dan anti rayap, sehingga bisa dimanfaatkan sebagai bahan yang ekonomis untuk berbagai aplikasi.
Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kemendag Marolop Nainggolan menambahkan, selama ini kayu ringan sering dikategorikan sebagai kayu sembarang atau kayu murah. Penggunaannya terbatas sebagai bahan baku pembuatan panel barecore atau pengisi papan blok bernilai tambah rendah.
Padahal, Marolop menambahkan, banyak cara untuk menyiasati kekurangan tersebut. "Dengan memanfaatkan teknologi dan menyasar pasar yang tepat, kayu jenis ini akan memberikan keuntungan yang berlipat ganda," ucapnya.