Ahad 11 Nov 2018 18:33 WIB

Fee Based Income Tunjang Kenaikan Laba Mandiri Syariah

Laba bersih Mandiri Syariah tumbuh 66,77 persen menjadi Rp 436 miliar

Red: Elba Damhuri
Bank Syariah Mandiri
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Bank Syariah Mandiri

REPUBLIKA.CO.ID  JAKARTA -- Pertumbuhan laba bersih Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah) ditunjang kenaikan fee based income (FBI) yang mencapai Rp 792 miliar. Angka ini tumbuh sebebsar 16,34 persen secara tahun ke tahun.

Direktur Teknologi dan Operation Mandiri Syariah, Achmad Syafii, mengatakan nilai kenaikan itu cukup signifikan karena mengalami pertumbuhan baik di beberapa sumber termasuk transaksi e-channel dan bisnis treasury. Transaksi e-channel tercatat 60,9 juta transaksi.

Baca Juga

Ia menjelaskan sebanyak 90 persen kenaikan berasal dari transaksi ATM, baik dari jaringan utama Mandiri Syariah, induk Mandiri, ATM Bersama, maupun jaringan internasional Visa.

"Transaksi ini juga akan meningkat seiring dengan upaya konversi kartu lama menjadi kartu Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) yang saat ini masih 23 persen dari total sekitar dua juta kartu yang beredar," kata Syafii di Jakarta, akhir pekan lalu.

Mandiri Syariah menargetkan konversi kartu sekitar 30 persen hingga akhir tahun atau sekitar 800 ribu kartu. Konversi diproyeksikan menambah fee based income cukup signifikan karena setiap transaksi akan menambah fee transaksi sekitar 0,35 persen.

Pertumbuhan kartu GPN di Mandiri Syariah juga optimistis terus meningkat karena benefit yang menarik bagi nasabah. Ini mencakup bebas biaya transaksi di EDC manapun, sehingga jaringan pelayanan akan semakin luas.

Ke depannya, tambah Syafii, Mandiri Syariah berupaya meningkatkan transaksi melalui mobile banking. Salah satunya, dengan memperluas kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk e-commerce.

Perluasan layanan ini, kata Syafii, diharapkan bisa menambah jumlah nasabah. "Jumlah rekening mengalami pertumbuhan sekitar 60 ribu rekening per bulan," katanya dalam paparan kinerja Mandiri Syariah.

Untuk pembiayaan mikro tercatat Rp 4,3 triliun atau sekitar 6,73 persen dari total pembiayaan. Sementara pembiayaan konsumer diantaranya untuk BSM Griya sebesar Rp 9,86 triliun, BSM Payroll sebesar Rp 5,78 triliun dan BSM Pensiun sebesar Rp 4,52 triliun.

Laba bersih Mandiri Syariah tumbuh 66,77 persen menjadi Rp 436 miliar dari Rp 261 miliar periode yang sama tahun lalu. Hingga akhir tahun 2018, laba bersih diproyeksikan tumbuh sekitar 12 persen menjadi sekitar Rp 500 hingga Rp 550 persen.

Sama seperti proyeksi pertumbuhan DPK dan pembiayaan di angka 12 persen. Per September 2018, DPK tumbuh 10,07 persen dari Rp 74,75 triliun menjadi Rp 82,28 persen.

Untuk pembiayaan, Mandiri Syariah fokus pada sektor retail yang mengalami kenaikan 15,43 persen per September 2018 menjadi Rp 38,13 triliun dari Rp 33,03 triliun. Sementara sektor Wholesale naik 6,50 persen menjadi Rp 27,10 triliun dari Rp 25,45 triliun.

Sementara untuk NPF sektor wholesale membaik di angka enam persen dari sebelumnya tujuh persen YOY. Di segmen utama yang menjadi fokus Mandiri Syariah yakni retail, NPF tercatat 1,8 persen. NPF gross total turun menjadi 3,65 persen dari 4,69 persen per September 2018.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement