Senin 17 Dec 2018 00:01 WIB

Ini Peluang Produk Indonesia di Pasar EFTA

EFTA terdiri dari empat negara Swiss, Liechtenstein, Islandia dan Norwegia

Rep: Rahayu Subekti / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memberikan pernyataan kepada rekan media usai melakukan penadantanganan dengan perwakilan negara European Free Trade Assoction (EFTA) yaitu Swiss, Liechtenstein, Islandia, dan Norwegia di Gedung Kementerian Perdagangan, Ahad (16/12).
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memberikan pernyataan kepada rekan media usai melakukan penadantanganan dengan perwakilan negara European Free Trade Assoction (EFTA) yaitu Swiss, Liechtenstein, Islandia, dan Norwegia di Gedung Kementerian Perdagangan, Ahad (16/12).

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Indonesia sudah menandatangani perjanjian kemitraan ekonomi dkomprehensif dengan negara anggota European Free Trade Association (EFTA) yaitu Swiss, Liechtenstein, Islandia, dan Norwegia. Dengan adanya penandatanganan tersebut, banyak peluan produk Indonesia di pasar EFTA.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan peluang produk Indonesia yang dapat dipasarkan di negara EFTA dapat terlihat dari analisa ekspor potensial Indonesia pada 2018. "Produk dengan potensi ekspor terbesar dari Indonesia ke Swiss itu dperhiasan dari logam mulia, kopi, dan alas kaki," kata Enggar, Ahad (16/12). 

Baca Juga

Dia menjelaskan Indonesia juga memiliki kapasitas pasokan tertinggi untuk minyak sawit ke Swiss dan Islandia. Selain itu, menurut Enggar, produk dengan potensi permintaan terkuat di Swiss yaitu imunologi. 

Selain itu, dari sektor kelautan, Indonesia juga juga berpotensi mengekspor udang ke Islandia. Sementara kendaraan bermotor untuk mengangkut orang juga merupakan produk dengan potensi permintaan terkuat di Islandia. 

Enggar yakin persetujuan kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan EFTA akan membawa ekonomi Indonesia lebih kuat. "Terlebih dapat berdaya saing, dan menarik bagi investor dari negara-negara maju anggota EFT ," tutur Enggar. 

Terlebih, penandatanganan perjanjian tersebut berlangsung di tengah melemahnya perdagangan dunia. Begitu juga dengan berlanjutnya ketidakpastian perdagangan antarnegara pada 2019 dan tahun-tahun selanjutnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement