EKBIS.CO, JAKARTA -- Turunnya harga cabai di tingkat petani sentra diakui oleh Ketua Asosiasi Champion Cabai Indonesia, Tunov Mondro Atmodjo. Tunov membenarkan saat ini di sejumlah tempat harga cabai turun yang disebabkan karena musim panen.
"Kondisi di lapangan memang lagi panen. Demak itu termasuk sentra. Ini fenomena lazim yang terjadi bagi sentra yang belum menerapkan pola tanam dan pengendalian tata niaga. Harga bisa turun di petani bila tidak ada aturan pola dan gilir tanam," kata Tunov di Jakarta, Sabtu (12/1).
Untuk itu Tunov tidak menanggapi pemberitaan adanya petani cabai di Demak yang melakukan demo. Sebab, tidak ada petani yang menggelar aksi demo.
"Informasi lapang yang saya terima, itu bukan demo. Tidak ada izin. Hanya insiden dimana petani saking kecewanya menyebar dua kantong cabai setelah itu dipungut kembali kemudian bubar, jadi jangan dibesar-besarkan. Lagian bukan sifat petani membuang-buang pangan di jalan, itu pamali. Kejadian itu jangan dibuat heboh atau dibesar-besarkan, apalagi dipolitisir," ujar Tunov.
Untuk menjaga harga agar tetap stabil, jelas Tunov, kuncinya ada di manajemen tanam. Asalkan petani mau bergabung dengan pembinaan Champion dan mau disiplin mentaati manajemen tanam yang ditetapkan, tidak akan terjadi fluktuasi harga cabai.
"InsyaAllah fluktuasi harga cabai dapat direduksi. Kita sebagai petani jangan berperilaku latah, saat harga mahal ramai-ramai menanam, tanpa mengukur kemampuan pasar. Nanti giliran panen harga jeblok. Saran saya sebelum tanam koordinasi dulu dengan petugas dinas setempat," tukas petani muda asal Magelang itu.
Nur Eko, salah satu petani Champion cabai Kabupaten Demak mengatakan, dirinya dengan petani cabai lainnya akan evaluasi dan ajak para petani cabai mau bergabung dalam kelompok champion. Di sini belum berkembang industri olahan cabai dan pasar lelang cabai.
"Tapi kami mohon agar Dinas Perdagangan dan Bulog bisa bantu intervensi harga. Jangan petani ditinggal sendiri. Kami yakin harga akan segera normal karena itu fenomena harian saja dan daerah lain semuanya harga normal," kata Nur Eko.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Abdul Hamid mengatakan pada periode 1 hingga 10 Januari 2019, harga aneka cabai di tingkat petani baik di Demak maupun daerah lainnya hingga di tingkat pasar Pasar Induk Kramat Jati dan retail wilayah DKI Jakarta pada awal 2019 terpantau normal.
Ia menambahkan, sejak 2016 tidak pernah impor cabai dalam bentuk fresh/segar karena rasa berbeda dengan type Indonesia. Kalau bentuk powder atau bubuk impor untuk keperluan industri.
"Harga cabai merah keriting di tingkat petani sentra rata-rata Rp 19.978 per kg, cabai rawit Rp 24.602 per kg. Dibanding periode yang sama tahun lalu, harga cabai jauh lebih rendah," ujarnya.
Untuk wilayah Demak, harga cabai masih terpantau stabil. Bahkan tidak ada aksi dari petani yang sebenarnya yang membuang cabai di jalan. Adapun hanya dua karung disebar ke jalan itu, langsung dikumpulkan lagi.
"Memang terjadi harga murah dibeberapa daerah namun masih bisa dijual ke luar daerah dengan harga yang masih tinggi, namun kendala dengan ongkos kargo yang naik cukup tinggi," ujarnya.
Solusi yang diperlukan adalah kebersamaan pada komunitas petani pelaku cabai untuk duduk bersama dengan pemerintah. Kemudian, memformulasikan permasalahan ini tidak terjadi ke depannya.
"Kami koordinasi dengan petani Champion cabai di lapangan, itu BEP di petani lahan sendiri Rp 10 ribu per kg. Harga cabai merah itu benar Rp 12 ribu hingga Rp 14 ribu per kg dan cabai rawit berkisar Rp 19 ribu hingga Rp 20 ribu per kg," pungkas Abdul Hamid.