Ahad 03 Feb 2019 20:05 WIB

Kementan Galakkan Program Serasi di Kalimantan Selatan

Asosiasi bawang merah diminta memperluas akses pemasaran salah satunya dengan ekspor.

Red: EH Ismail
Penanaman hortikultura di lahan rawa di Kalimantan Selatan
Penanaman hortikultura di lahan rawa di Kalimantan Selatan

EKBIS.CO, JAKARTA -- Tahun ini Kementerian Pertanian mulai menggalakkan program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) di enam provinsi, di antaranya Kalimantan Selatan. Program ini sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, bahwa lahan rawa merupakan solusi pangan nasional.

"Karena itu, kita harus garap lahan rawa, tanami padi, sayuran, itik, dan ikan untuk sejahterakan petani. Pembangunan hortikultura tidak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa, tetapi juga di luar Jawa,” kata Amran.

Menindaklanjuti hal tersebut, Direktorat Jenderal Hortikultura melalui Program Pengembangan Kawasan Aneka Cabai dan Bawang Merah gencar menumbuhkan sentra baru di seluruh Indonesia, termasuk di lahan rawa Kalimantan Selatan. Kebutuhan bawang merah yang selama ini didatangkan dari Pulau Jawa , NTB dan Sulawesi Selatan mulai didorong untuk diproduksi sendiri.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Suwandi menyatakan, pihaknya akan terus mendorong petani luar Jawa untuk terus menanam.  Asosiasi bawang merah diminta memperluas akses pemasaran salah satunya dengan ekspor.

Suwandi menambahkan, bawang merah varietas Tajuk dan Super Philip yang dihasilkan petani Tapin, meski di lahan bekas rawa, secara spesifikasi memenuhi standard ekspor. “Selain mendapatkan harga yang lebih baik, ekspor bawang merah akan memacu petani memperbaiki cara budidayanya agar produknya bisa bersaing,” ujarnya.

Kalimantan Selatan mulai tumbuh menjadi sentra baru sayuran. Kelompok Tani Ngudi Rahayu Kelurahan Syamsudin Noor, Landasan Ulin, Kota Banjarbaru yang diketuai Sargim bertanam sayuran di lahan seluas 31 hektare.

Pada umumnya petani setempat menanam cabai rawit merah dan keriting dengan tomat secara tumpang sari secara terus menerus. Kini mulai menanam bawang merah. Sargim bersama kelompoknya sudah melakukan tindakan pengendalian OPT secara pre emtif yang diikuti pengendalian secara responsif seperti yang dianjurkan oleh petugas lapang setempat.

“Kenyataannya hasil panen cabai setengah ton per minggu dari KT Ngudi Rahayu dapat mencukupi kebutuhan masyarakat setempat bahkan sebagian dipasarkan ke Banjarmasin,” ungkap Sargim.

Anggota kelompok tani Ngudi Rahay , Surono mengatakan, ia sudah mulai menanam bawang merah di lahan seluas 1000 m2 dengan bibit 35 kg varietas Super Philip dari Probolinggo.

"Saya baru saja panen sebanyak 3 kuintal bulan Desember lalu. Hal ini menambah keyakinan menanam hortikultura khususnya cabai dan bawang merah cukup menguntungkan untuk menambah penghasilan,” kaya Surono.

Kasubdit Pengendalian OPT Sayuran dan Biofarmaka, Nadra Illiyana menjelaskan, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat menurunkan hasil dan kualitas produksi pertanian. "Penggunaan pestisida kimia yang tidak tepat akan berdampak terganggunya ekosistem, akibatnya terdapat residu pestisida pada produk yang dikonsumsi," jelasnya.

Sementara itu kendala saat tingginya curah hujan adalah serangan patogen penyakit. Dijelaskan pula pada musim hujan bisa terus berbudidaya bawang merah yaitu dengan inovasi teknologi menggunakan metode sungkup plastik atau yang dikenal dengan rain shelter di samping  melakukan pengendalian OPT ramah lingkungan.

Produksi yang terjaga dapat menekan kehilangan hasil akibat serangan OPT, sehingga mutu hasil terjamin, daya saing yang tinggi dan aman dikonsumsi. Diharapkan ke depan petani Kalsel dapat mencukupi kebutuhan pasarnya sendiri,  sehingga sayuran seperti cabai, tomat dan bawang merah tak perlu lagi didatangkan dari luar.

Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf, dalam kesempatan terpisah menyatakan, Kementan meminta  semua BPTPH untuk mengawal petani melaksanakan pengendalian OPT secara preventif dengan memanfaatkan bahan pengendali OPT ramah lingkungan yang sudah banyak dihasilkan oleh Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP).

“Serta memonitor secara intensif pertanaman hortikultura. Sehingga gangguan OPT tidak mengganggu produksi dan mutu produk hortikultura,” tuturnya

Ditjen Hortikultura mendorong petani menerapkan budidaya ramah lingkungan, dengan mengaplikasikan lebih banyak bahan organik dan bahan pengendali biologi, mulai dari persiapan lahan, pemeliharaan, sampai pasca panen.

“Semoga dengan kegigihan petani sayuran di lahan rawa, dapat menghasilkan sayuran yang sehat dan aman konsumsi serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka,” ujarnya mengakhiri.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement