EKBIS.CO, PEKANBARU -- Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Provinsi Riau menyatakan kebijakan bagasi berbayar merugikan perekonomian masyarakat terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Kerugian paling dirasakan oleh UKM sektor produk oleh-oleh.
Ketua ASITA Riau, Dede Firmansyah di Pekanbaru, Selasa (12/2), menyampaikan bahwa kondisi bagasi berbayar bisa merusak tradisi masyarakat yang suka membeli oleh-oleh ketika bepergian. Hal inilah yang dinilai kemudian bisa juga memperburuk perekonomian masyarakat khususnya UMKM.
"Jika dibandingkan dengan orang luar negeri memang sudah terbiasa dan tidak budayanya mereka jika bepergian beli oleh-oleh. Sementara orang kita sudah menjadi budaya dan ini sesuatu positif bisa membantu ekonomi orang lain," ujarnya.
Oleh karena itu, pengambil kebijakan harus paham bahwa budaya orang asing sangat berbeda dengan masyarakat Indonesia. Pasalnya jika hal ini terus berlanjut maka perekonomian masyarakat kelas kecil terutama kalangan UMKM akan lumpuh.
"Bisa dibayangkan jika nanti orang Indonesia sudah berubah menjadi terbiasa tidak beli oleh-oleh, sama-sama kita lihat sebuah kehancuran bagi ekonomi masyarakat kecil akan datang, Astaghfirullah," ucapnya.
Oleh sebab itu, dalam hal ini Dede menganggap tujuan pembangunan wisata dapat gagal tercipta bila terjadi dampak buruk akibat bagasi berbayar dan kenaikan harga tiket pesawat.
"Jika gara-gara bagasi berbayar dan berakibat UMKM lumpuh, maka pemerintah gagal mencapai tujuan pembangunan pariwisata. Karena salah satu tujuan pariwisata adalah menyejahterakan masyarakat khususnya di destinasi yang rata-rata UMKM," ungkapnya.
Dikatakannya akibat tiket pesawat naik saja jumlah penumpang di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru mengalami penurunan pada awal tahun 2019 ini. Bahkan, kata Dede, penurunannya mencapai 24 persen sehingga membuat sejumlah maskapai dan penerapan bagasi berbayar.