Jumat 15 Feb 2019 23:56 WIB

Pakar: Penurunan Tarif Listrik Memang Sudah Tepat

Harga minyak dunia disebut sedang rendah begitu juga harga batubara

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja memasang jaringan di tiang listrik baru di kawasan Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Selasa (8/1). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memutuskan tidak menaikkan tarif dasar listrik (TDL) bagi konsumen listrik subsidi dan non-subsidi pada triwulan I 2019.
Foto: Iggoy El Fitra/Antara
Pekerja memasang jaringan di tiang listrik baru di kawasan Air Tawar, Padang, Sumatera Barat, Selasa (8/1). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memutuskan tidak menaikkan tarif dasar listrik (TDL) bagi konsumen listrik subsidi dan non-subsidi pada triwulan I 2019.

EKBIS.CO,  YOGYAKARTA -- Pakar Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmi Radi menilai penurunan tarif listrik bagi pelanggan R-I 900 VA RTM (Rumah Tangga Mampu) mulai 1 Maret 2019 merupakan keputusan yang tepat.

"Ini saya kira memang saat yang tepat (menurunkan tarif listrik) karena harga minyak dunia sebagai salah satu variabel pembentuk harga sedang rendah-rendahnya," kata Fahmi saat ditemui di University Club Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat (15/2).

Menurut dia, selain harga minyak dunia sebagai variabel pembentuk harga, harga batu bara juga sedang dalam kondisi rendah, ditambah dengan nilai tukar rupiah yang saat ini sedang menguat terhadap dolar AS. Fahmi meyakini bahwa penurunan tarif listrik itu tidak akan membebani PLN. Penurunan itu, menurut dia, juga tidak perlu dikaitkan dengan politik.

"Justru kalau tidak diturunkan akan sayang sekali karena memang inilah saat yang tepat bagi PLN untuk menurunkan tarif di semua golongan," kata dia.

Ia mengatakan dengan menurunkan tarif listrik pada waktu yang tepat seperti saat ini,  sektor industri akan terdorong sehingga mampu berekspansi dengan lebih cepat. Selanjutnya, pertumbuhan industri itu pada gilirannya juga akan menaikkan ekonomi secara signifikan. 

Menurut dia, apabila saat ini pertumbuhan ekonomi 5,2 persen dengan penurunan listrik itu diyakini bisa tumbuh mencapai 6 persen."Nah pertumbuhan ekonomi yang meningkat itu nantinya juga akan membuka lapangan kerja sekaligus mengurangi angka kemiskinan. Jadi menurut saya ini tidak perlu dikaitkan dengan politik," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement