Senin 18 Mar 2019 15:50 WIB

Ratusan Hektare Sawah di Banyumas Terendam Banjir 

Saat puncak musim hujan, petani bisa tiga kali tanam ulang.

Rep: Eko Widiyatno / Red: Friska Yolanda
Petani membawa padi menggunakan terpal saat panen di persawahan yang terendam banjir Desa Gondoharum, Jekulo, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (31/1/2019).
Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Petani membawa padi menggunakan terpal saat panen di persawahan yang terendam banjir Desa Gondoharum, Jekulo, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (31/1/2019).

EKBIS.CO, BANYUMAS -- Hujan yang terus mengguyur wilayah Kabupaten Banyumas, menyebabkan debit air di sejumlah sungai meluap. Di wilayah selatan Banyumas, khusus wilayah Kecamatan Sumpiuh dan Tambak, debit air sungai yang meluap ini tidak lancar mengalir ke muara, sehingga meluap dan menggenangi areal persawahan warga.

''Diperkirakan, di dua wilayah kecamatan itu ada 576 hektare areal sawah yang terendam banjir. Sebagian besar tanaman padinya dipastikan mengalami puso karena sudah terendam lebih dari tiga hari,'' kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pemeliharaan Jalan dan Irigasi wilayah Sumpiuh, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Banyumas, Imam Pamungkas, Senin (18/2).

Dia menyebutkan, tanaman padi yang terendam banjir biasanya masih akan bisa bertahan hidup bila hanya tergenang paling lama dua hari. Namun kalau lebih itu, dipastikan tanaman padi akan membusuk hingga akhirnya mati.

Secara rinci Imam menyebutkan, untuk wilayah Kecamatan Sumpiuh, areal sawah yang terendam banjir berada di empat desa. Antara lain, sawah di wilayah Kelurahan Sumpiuh tercatat seluas 156 hektare, Desa Selandaka 60 hektare, Nusadadi 170 hektare dan Desa Karanggedang seluas 50 hektare. 

Sedangkan di wilayah Kecamatan Tambak, banjir terjadi di lahan persawahan di empat desa. Antara lain di Desa Plangkapan seluas 34 hektare, Gumelar Kidul seluas 13 hektare, Karang Petir 76 hektare, dan Karang Pucung seluas 17 hektare.

Meski demikian dia menyebutkan, areal sawah yang tanamannya tergenang banjir memang sudah rutin terjadi setiap musim penghujan. Hal ini terutama disebabkan aliran air sungai yang sedang mengalami peningkatan debit, tidak bisa mengalir lancar ke selatan.

''Kondisi lahan di sebagian wilayah Sumpiuh dan Tambak yang lebih rendah dari permukaan laut, menyebabkan air sungai tidak bisa mengalir lancar ke muara. Air sungai ini akhirnya meluap dan menggenangi areal persawahan,'' katanya.

Dia bahkan menyebutkan, bila musim hujan sedang mencapai puncaknya, petani pemilik sawah di wilayah itu bisa bisa mengulang menanam padi di sawahnya hingga 2-3 kali. ''Begitu banjir surut, petani akan menyebar benih dan menanam sawahnya. Kalau kena banjir lagi, petani akan terus mengulang lagi menebar benih dan menanam padi,'' katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement