Jumat 10 May 2019 15:58 WIB

Perbaiki CAD, Impor Solar dan Avtur Disetop Bulan Depan

CAD pada kuartal I 2019 mencapai 2,6 persen dari Produk Domestik Bruto.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Friska Yolanda
Tangki refueller avtur Pertamina mengisi bahan bakar minyak pesawat (BBMP) untuk penerbangan haji di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padang, Sumatra Barat, Rabu (2/8).
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Tangki refueller avtur Pertamina mengisi bahan bakar minyak pesawat (BBMP) untuk penerbangan haji di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padang, Sumatra Barat, Rabu (2/8).

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah akan menghentikan impor solar dan avtur pada bulan ini. Kebijakan tersebut diambil agar defisit transaksi berjalan (current acount deficit/CAD) tidak semakin melebar.

Darmin mengatakan, sebagai gantinya, pengolahan minyak dalam negeri menjadi avtur dan solar akan dimaksimalkan. "Menurut Pertamina dan (Kementerian) ESDM, nanti sudah tidak impor (avtur dan solar) bulan depan," ujarnya ketika ditemui di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (10/5).

Menurut data yang disampaikan Bank Indonesia (BI), CAD Indonesia pada kuartal pertama 2019 mencapai 6,96 miliar dolar AS atau setara dengan 2,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka tersebut jauh lebih dalam dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu, sebesar 5,19 miliar dolar AS atau 2,01 persen dari PDB.

Terkait rencana penghentian impor avtur dan solar, Darmin memastikan, kebutuhan domestik tidak akan terganggu. Sebab, PT Pertamina sudah melakukan eksplorasi di titik yang cukup banyak. "Pertamina menjelaskan kepada kami, mereka akan cukup memenuhi kebutuhan domestik, jadi tidak terganggu," tuturnya.

Darmin menambahkan, proses pengolahan minyak hasil dalam negeri yang dimulai pada bulan ini akan terasa efeknya pada Juni. Dua dampak yang akan dirasakan adalah tingkat ekspor minyak dan gas (migas) menurun, pun dengan impor. Dengan begitu, CAD tidak semakin melebar.

Meski lebih dalam dibanding dengan kuartal pertama 2018, CAD kuartal pertama 2019 membaik secara kuartalan. Pada kuartal keempat 2018, CAD mencapai 9,2 miliar dolar AS atau 3,6 persen terhadap PDB.

Dikutip dari situs Bank Indonesia, Jumat, penurunan CAD terutama didukung peningkatan surplus neraca perdagangan barang, surplus neraca perdagangan nonmigas dan perbaikan defisit neraca perdagangan migas. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan penurunan ekspor, sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk melakukan pengendalian impor beberapa komoditas tertentu yang diterapkan sejak akhir 2018.

Sementara itu, defisit neraca jasa mengalami peningkatan terutama disebabkan oleh penurunan surplus jasa perjalanan (travel). Hal ini seiring dengan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang menurun sesuai dengan pola musimannya, di tengah impor jasa pengangkutan barang (freight) yang menurun. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement