Selama beberapa dekade, warung tradisional yang acap kali ditemukan di pinggir jalan menjual barang yang sama dari pemasok, tanpa menawar harga barang itu. Berangkat dari masalah tersebut, dirintislah perusahaan bernama Kudo.
Dibesut oleh Albert Lucius dan Agung Nugroho pada 2014, Kudo merupakan platform ritel perintis offline-to-online (O2O) di Indonesia. Selama 5 tahun sejak berdiri, Kudo telah memberdayakan lebih dari 2 juta warung tradisional tersebar di 500 kota dan kabupaten di Indonesia.
"Secara umum, ada beberapa hal yang diinginkan warung tradisional: peningkatan keuntungan dan pengurangan biaya operasional, lebih banyak pelanggan, dan tambahan modal," ujar Pendiri dan CEO Kudo, Agung Nugroho, dilansir dari KrAsia (8/7/2019).
Baca Juga: Keren! Kudo Bantu Ratusan Ribu Warung Lebih Modern dengan Omzet Puluhan Juta
Kudo banyak dibicarakan pada 2017 karena akuisisi yang dilakukan oleh Grab. Tak heran, karena itu adalah akuisisi besar pertama Grab dan kesepakatan tersebut berbentuk tunai serta saham bernilai sekitar US$100 juta, menurut Crunchbase.
Akuisisi itu diawali oleh pertemuan yang diinisiasi oleh East Ventures, investor pertama Kudo. "Saya pikir, jaringan agen besar dan teknologi canggih adalah dua hal yang membuat Grab tertarik berkolaborasi. Kami menyambut baik akuisisi itu, sejealan dengan ambisi Kudo untuk masuk ke pasar global," jelas Agung.
Sejak diakuisisi oleh Grab, perusahaan mengklaim ada lebih dari 700 ribu pengemudi mendaftar melalui agen Kudo. Agen Kudo memang dapat berfungsi sebagai titik registrasi platform berbagi tumpangan yang berbasis di Singapura itu.
Baca Juga: Gaet Kudo, BNI Perluas Layanan Keuangan Digital
"Untuk setiap pengemudi yang terdaftar, agen memperoleh komisi mulai dari Rp25.000 hingga Rp100.000 dari pengemudi," beber pria lulusan Intitut Teknologi Bandung itu.
Lebih lanjut, pertumbuhan agen Kudo telah meningkat lebih dari 44% selama 2018. Hal itu menghasilkan peningkatan jumlah transaksi sebanyak 132%. Bagai efek domino, pertumbuhan itu pun berdampak terhadap rata-rata pendapatan mitra warung Kudo.
Agung mengklaim, "Rata-rata, pendapatan kios meningkat sebesar 30-40 persen setelah mengadopsi sistem kami."
Dengan mengadopsi teknologi Kudo, warung tradisional dapat menjual produk digital, menjadi titik registrasi pengemudi Grab, hingga melayani pengiriman uang domestik yang bermitra dengan Bank BNI--baru diperkenalkan Mei lalu.
Baca Juga: Saldo OVO Kini Tersedia dalam Aplikasi Kudo
"Kami mencatat, jumlah rata-rata yang dikirim melalui agen Kudo adalah sekitar Rp 600.000 hingga Rp 1,5 juta per transfer, yang menunjukkan layanan keuangan digital sangat diminati oleh masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang dianggap tak paham internet," papar pria yang mengambil pendidikan magister di Berkeley itu.
Pemilik warung juga dapat berbelanja grosir melalui aplikasi Kudo dengan harga yang diklaim lebih kompetitif. Barangnya pun akan dikirim langsung, pembayaran dapat dilakukan di tempat tanpa batas transaksi maksimum.
Kudo juga memiliki seribu petugas lapangan yang secara berkala melatih dan mendidik para mitra warung soal fitur dan inovasi baru di platform itu.