Selasa 16 Jul 2019 17:06 WIB

Kemarau, Produksi Beras Jabar Dinilai Masih Aman

Jabar menghasilkan sekitar 12 juta ton gabah kering atau bisa jadi 6 juta ton beras.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Dwi Murdaningsih
Petani merontokkan gabah saat panen di area persawahan Desa Doko, Kediri, Jawa Timur, Kamis (2/8)
Foto: Antara/Prasetia Fauzani
Petani merontokkan gabah saat panen di area persawahan Desa Doko, Kediri, Jawa Timur, Kamis (2/8)

EKBIS.CO, TASIKMALAYA -- Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Jawa Barat (Jabar) mengklaim produksi beras dari wilayahnya masih surplus. Bencana kekeringan yang menimpa sebagian lahan pertanian di Jabar dinilai tak memengaruhi produksi beras.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Jabar, Hendi Jatnika mengatakan, berdasarkan presentasi taman pada 2019 mencapai sekitar 2 juta hektare lahan. Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, Jabar menghasilkan sekitar 12 juta ton gabah kering atau bisa jadi 6 juta ton beras. Sementara kebutuhan konsumsi warga Jabar hanya sekutar 3 juta ton per tahun.

Baca Juga

"Jadi masih ada surplus. Kalau kekeringan di bawah 5 persen tak akan mengganggu secara keseluruhan," kata dia di Kota Tasikmalaya, Selasa (16/7).

Meski begitu, ia mengimbau para petani untuk bisa mengatur kebutuhan berasnya sendiri. Artinya, petani disarankan tak langsung menjual seluruh hasil panennya, melainkan harus juga dipikirkan mengenai ketahanan pangan keluarga.

Hendi mengatakan, hingga pertengahan Juli 2019, kekeringan yang terjadi terdampak hampir seluruh kabupaten/kita di Jabar. Kabupaten Indramayu disebut sebagai wilayah yang paling parah terdampak kekeringan.

"Sekarang standing crop yang masih ada di sawah 5.200 sudah enam persen terdampak. Sekitar 1.200 hektare tercatat puso. Biasa Indramayu paling parah karena sawah paling luas dan tadah hujan," kata dia.

Menurut dia, pihaknya sebenarnya telah mengimbau para petani untuk tidak menanam padi pada bulan kemarau. Ia mengatakan, seharusnya para petani menanam palawija setelah masa panen pada April 2019. Namun, ada saja petani yang coba-coba dan berharap turunnya hujan.

Ia menjelaskan, ada beberapa hal yang menyebabkan kekeringan lebih parah. Salah satunya adalah perubahan iklim. Akibatnya, aliran irigasi yang biasanya menjangkau seluruh lahan tak lagi bisa diprediksi. Karena itu, harus ada pembangunan saluran irigasi baru.

Hendi menambahkan, penggunaan air yang sebelumnya hanya untuk lahan pertanian pun telah terbagi juga umtuk kebutuhan lainnya. "Kita lagi bikin enam bendungan di bernagai daerah untuk jangka panjang. Jatigede memang belum maksimal, tapi nanti akan berkembang lagi," kata dia.

Selain itu, lanjut dia, Pemprov Jabar juga akan mengupayakan bantuan alat dan mesin untuk percepatan msein tanam. Jadi saat hujan, tidak ada petani tak bekerja.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement