EKBIS.CO, JAKARTA — Dekan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau (UIR), Dr. Ujang Paman menilai kebijakan yang diimplementasikan Kementan berorientasi pada produktivitas dan adaptif terhadap cekaman lingkungan. Program itu adalah upaya khusus swasembada komoditas strategis, akselerasi penggunaan alat mesin pertanian, implementasi pertanian modern, dan bibit unggul.
Menurut Ujang, pembangunan pertanian Indonesia saat ini tidak lagi bersifat klasik, tetapi sudah dimulai ke pertanian komersial dan modern dengan Pertanian 4.0, yang mana sudah mulai digunakan mesin pertanian yang dikontrol melalui Internet atau dengan teknologi Internet of Things (IoT).
Ujang sepakat bahwa sektor pertanian Indonesia harus fokus pada peningkatan komoditas yang memiliki nilai ekspor. Hal itu ujarnya akan memberikan peningkatan kesejahteraan petani dan devisa negara. Program yang diterapkan Kementan selama hampir lima tahun ini, dinilai Ujang dapat menjaga keseimbangan tujuan pencapaian kesejahteraan petani dan pemenuhan permintaan pasar.
"Tidak kalah pentingnya juga, Kementan mendorong penguatan upaya diversifikasi pangan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. Kementan memiliki program swasembada protein, tidak lagi hanya swasembada daging. Indonesia bahkan berhasil ekspor telur dan daging ayam serta kambing dalam volume cukup besar," tambah Ujang.
Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kuntoro Boga Andri menyebutkan kebijakan Kementan butuh didukung oleh semua pihak, terutama dalam mengakselerasi ekspor. Menurutnya, Kementan fokus menggenjot ekspor pertanian untuk kesejahteraan petani. Juga meningkatkan neraca perdagangan.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan), Kuntoro Boga Andri dalam Seminar dan Lokakarya Nasional IV Perkumpulan Agroteknologi/Agroekoteknologi Indonesia (PAGI) di Makassar, Senin (10/9)
Komitmen ini, lanjut Kuntoro diimplementasikan dengan kebijakan pengurusan dokumen ekspor impor yang sudah satu pintu (Online Single Submisson), waktu pengurusan perizinan terpangkas, penggunana sertifikat elektronik, dan membangun sentra-sentra produksi untuk komoditas berekonomi tinggi.
“Untuk orientasi pasar luar negeri, beberapa inisiatif kebijakan didorong dalam rangka pencarian pasar baru, produk baru, dan pemain baru di samping mempertahankan pasar ekspor eksisting untuk produk-produk pertanian Indonesia yang sudah berdaya saing” jelas Kuntoro.
Sejak 2014, Terang Kuntoro, Buah buahan merupakan komoditas pertanian yang mengalami peningkatan nilai ekspor, seperti durian mengalami kenaikan hingga 23.000 persen, nanas 1.520 persen, pisang 706,2 persen, dan manggis 252,61 persen. Komoditas lainnya yaitu kelapa sawit sebesar 22,5 persen, karet naik 21,3 persen, kelapa naik 14 persen, dan kopi 28,6 persen.
“Di sisi lain, ada beberapa komoditas pertanian yang impornya mengalami penurunan. Seperti beras umum, jagung pakan ternak, bawang merah, dan cabai segar turun hingga 100 persen dari 2014 hingga 2018. Selain itu, inflasi bahan makanan juga mengalami penurunan dari 10,57 persen pada 2014 menjadi 1,26 persen pada 2017. Sementara pada 2018, bahan makanan mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, yakni 3,41 persen” tutup Kuntoro.