Senin 05 Aug 2019 11:59 WIB

Kementan Dorong Peningkatan Ekspor dan Konsumsi Produk Ayam

Ada peningkatan tajam pada produksi unggas nasional.

Red: EH Ismail
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Fini Murfiani (merah jambu) menghadiri acara Festival Ayam dan Telur (FAT) 2019.j
Foto: Humas Kementan
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Fini Murfiani (merah jambu) menghadiri acara Festival Ayam dan Telur (FAT) 2019.j

EKBIS.CO,  BOGOR — Kementerian Pertanian mendorong berbagai pihak untuk meningkatkan ekspor produk ayam dan turunannya. Sebab stok komoditas tersebut lebih dari cukup.

“Ketersediaan komoditas ayam dan telur saat ini telah dinyatakan surplus, bahkan sudah diekspor ke beberapa negara,” ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan  Kementan I Ketut Diarmita dalam keterangan tertulisnya pada Senin (5/8).

Pernyataan tersebut dibacakan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Fini Murfiani pada acara Festival Ayam dan Telur (FAT) 2019. Acara itu dihadiri oleh yang dihadiri Wali kota Bogor, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, Rektor Institut Pertanian Bogor, Kepala Dinas Pertanian Kota Bogor, Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia, Asosiasi-asosiasi (GPMT, GOPAN, GPPUI, PINSAR), dan Civitas Akademika IPB serta warga Kota Bogor. Ratusan orang menghadiri kegiatan tersebut yang dihelat di Lapangan Sempur, Bogor.

Ketut menyebutkan bahwa berdasarkan data statistik peternakan ada peningkatan tajam pada produksi unggas nasional. Pada awal tahun 1970-an produksi daging ayam ras hanya sebesar 15% dari kebutuhan nasional. 

Sedangkan pada tahun 2018 sesuai dengan data BPS produksinya telah mencapai 3.565.495 ton atau 116,9% dari kebutuhan nasional sebesar 3.047.676 ton, sedangkan untuk produksi telur ayam tahun 2018 sebanyak 1.756.691 ton atau 101,5% dari kebutuhan nasional sebesar 1.730.550 ton. 

Kondisi surplus produksi ini sangat potensial untuk dilakukan peningkatan nilai tambah melalui pengolahan untuk pasar domestik maupun ekspor. Pada saat ini tercatat produk ayam Indonesia telah di ekspor ke Jepang, Timor Leste, dan Myanmar.

Ketut juga mengungkapkan bahwa pengolahan hasil peternakan, khususnya olahan daging ayam dan telur sangat mudah ditemui dimana saja. Produk olahan hasil peternakan perlu diproses dengan tata cara yang baik (good practices), dari mulai penanganan bahan baku hingga pemasaran. Pemerintah dan pemerintah daerah terus menjamin terwujudnya penyelenggaraan keamanan pangan di setiap rantai pangan secara terpadu. 

Penerapan sistem jaminan mutu produk diterapkan dari mulai hulu hingga hilir. Dari mulai good breeding practices (GBP), good farming practices (GFP), good manufacturing practices (GMP), good handling practices (GHP), hingga good distribution practices (GDP). 

Tujuannya untuk menjamin suplai pangan hewani yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Juga bernilai tambah dan berdaya saing. 

Ketut juga menambahkan bahwa untuk penjaminan produk ASUH, produk olahan hasil peternakan harus memiliki sertifikat halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal, Nomor Kontrol Veteriner dari Dinas Provinsi yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan, dan ijin edar MD dari Badan POM. 

"Dengan kepemilikan sertifikat-sertifikat tersebut, produk dapat dipasarkan lebih luas sehingga lebih berdaya saing,"jelasnya.

 

Peningkatan konsumsi protein hewani

Menurut Ketut, kebutuhan nutrisi pangan terutama protein hewani sangatlah penting untuk diperhatikan. Protein hewani mengandung asam amino tak tergantikan yang berfungsi sebagai zat pembangun dan mempengaruhi metabolisme tubuh. Kelebihan kandungan protein hewani adalah asam amino yang dikandungnya lengkap dengan daya serap dalam tubuh yang tinggi. 

Pangan hewani merupakan sumber berbagai zat gizi mikro yang penting bagi tumbuh kembang, terutama untuk balita dan anak-anak, seperti zat besi, vitamin B12, dan zinc. Protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah telur dan daging ayam.

Sesuai data BPS, tingkat konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia tahun 2018 untuk daging ayam dan telur lebih tinggi bila dibandingkan konsumsi daging sapi. Tingkat konsumsi daging ayam broiler tahun 2018 sebesar 11,5 kg/kapita/tahun, telur ayam 6,53 kg/kapita/tahun (125 butir/kapita/tahun). 

Sedangkan konsumsi daging sapi hanya 2,5 kg/kapita/tahun, dan konsumsi susu 16,43 kg/kapita/tahun. Tingginya tingkat konsumsi tersebut antara lain karena daging ayam dan telur tersedia banyak (surplus), mudah didapat, mudah diolah dan harganya terjangkau. Namun demikian, tingkat konsumsi tersebut masih jauh lebih rendah dari negara tetangga seperti Malaysia yang konsumsi daging ayam 40kg/kapita/tahun; konsumsi telur 340 butir/kapita/tahun dan daging 8,5 kg/kapita/tahun. 

"Karena itu masih diperlukan upaya peningkatan konsumsi protein hewani, khususnya daging ayam dan telur, dengan melibatkan semua stakeholder terkait," harapnya.

Dikatakan bahwa upaya peningkatan konsumsi daging ayam dan telur harus dilakukan oleh semua pihak secara massif, terstruktur, dan terpadu, baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Hal itu dilakukan melalui KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) berupa sosialisasi, kampanye maupun promosi konsumsi protein. Baik secara langsung maupun melalui media sosial. 

Salah satu peran penting yang diharapkan dapat dilakukan oleh pelaku usaha terutama skala besar adalah melalui kemitraan berupa kampanye peningkatan konsumsi protein. "Festival Ayam dan Telur 2019 ini sejatinya dilaksanakan sebagai upaya dalam meningkatkan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia,"ungkapnya.

Kementan mengapresiasi kegiatan FAT yang dilaksanakan oleh Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) bekerjasama dengan pemerintah Daerah Kota Bogor, IPB, dan Asosiasi lingkup peternakan. Kegiatan ini merupakan salah satu wujud kepedulian bersama untuk meningkatkan konsumsi protein hewani dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat  dengan mengusung tema “Ayam dan Telur Meningkatkan Gizi dan Prestasi Anak Bangsa”.

"Untuk ke depannya, kami harap peran serta aktif dari seluruh pelaku usaha perunggasan, maupun stakeholder lainnya, dalam upaya meningkatkan konsumsi protein masyarakat, utamanya konsumsi ayam dan telur, melalui berbagai macam kegiatan positif, baik promosi, pameran, kemitraan dan lain sebagainya, karena masa depan bangsa Indonesia sangat tergantung pada kualitas dan gizi anak-anak bangsa," tambahnya. 

Senada dengan Ketut, Wali Kota Bogor, Bima Arya mengatakan tujuan acara ini sebenarnya sederhana yaitu bagaimana mengajak masyarakat khususnya warga Bogor untuk selalu menkonsumsi ayam dan telur sehingga dapat meningkatkan gizi dan kecerdasan anak bangsa kedepan. Bima Arya berharap kegiatan ini berkontribusi besar dalam memberikan kesadaran bagi masyarakat tentang pentingnya konsumsi protein hewani, khususnya dagung ayam dan telur ayam.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement