Kisah dramatis Elizabeth Holmes yang tak lain merupakan mantan miliarder termuda dunia dituangkan dalam film dokumenter The Inventor: Out for Blood in Silicon Valley. Film tersebut menceritakan secara rinci mulai dari kejayaan Holmes hingga alami kebangkrutan.
Kejayaan Holmes mulai meroket berkat perusahaan startup Theranos yang ia pimpin. Theranos berkecimpung dalam uji darah dengan teknologi yang mengesankan.
Baca Juga: Ini Kisah 7 CEO yang Pernah Bangkrut saat Bangun Startup
Teknologi yang dimiliki Theranos hanya membutuhkan sedikit sampel. Tes ini diklaim Holmes dapat mendeteksi kondisi medis seperti kanker dan kolesterol tinggi.
Theranos lantas meraup pendanaan dari investor kakap, seperti Draper Fisher Jurvetson dan Larry Ellison. Tak tanggung-tanggung, mereka mengumpulkan lebih dari 700 juta dolar AS. Pada investor, Holmes meminta syarat bahwa teknologinya tidak bisa dibuka dan dia yang akan memutuskan apapun soal perusahaannya.
Theranos pun beroperasi seakan diam-diam. Holmes bahkan pernah menuntut tiga mantan karyawan Theranos karena diklaim menyalahgunakan rahasia perusahaan. Dia terinspirasi Steve Jobs idolanya yang sangat mementingkan kerahasiaan. Bahkan seperti Jobs, Holmes mulai memakai kaos hitam dan tidak pernah liburan.
Baca Juga: Viral! Kisah Penjual 'Siomay Pink' Mantan Miliarder yang Jatuh Miskin
Memasuki tahun 2014, Theranos berhasil menjadi startup unicorn dengan valuasi miliaran dolar. Namanya diagungkan, dan diberi gelar miliarder wanita termuda di dunia dengan kekayaan 4,5 miliar dolar AS.
Nama Holmes makin dikenal, ia banyak diliput media. Sering pula hadir di event bergengsi seperti TED Talk di mana ia sepanggung dengan Bill Clinton dan Jack Ma. Pihak luar banyak yang tertarik pada Theranos. Salah satunya retail Walgreens yang membuka pusat uji darah dengan teknologi Theranos.
Namun, kejayaan Holmes tersebut tak bertahan lama. Ia terlibat berbagai skandal yang membawanya dalam kehancuran.
Kehancurannya berawal dari kecurigaan Ian Gibbons, ilmuwan andalan Theranos. Ia memperingatkan Holmes bahwa tes darah besutannya belum siap untuk publik dan ada ketidakakuratan dalam teknologinya. Ilmuwan lain pun mulai menyuarakan kecurigaannya pada Theranos.
Akhirnya Theranos pun diinvestigasi oleh lembaga pemerintah FDA pada Agustus 2015. Regulator pemerintah pun menemukan uji darah yang dilakukan Theranos pada pasien tidak akurat.
Pada Maret 2018, Theranos, Holmes dan petinggi perusahaan lain disebut melakukan penipuan masif oleh SEC. Sebagai hukuman, Holmes setuju menyerahkan kontrol voting dan keuangan perusahaan, membayar denda 500 ribu dolar AS dan mengembalikan 18,9 juta saham Theranos. Dia juga dilarang memimpin perusahaan publik selama 10 tahun. Kekayaannya pun lenyap.