Selasa 20 Aug 2019 01:07 WIB

Tutup Kantor di AS, Kini Huawei Mau Bangun 3 R&D di Rusia?

Huawei berencana membuka tiga pusat penelitian dan pengembangan (R&D) baru di Rusia.

Rep: Tanayastri Dini Isna(Warta Ekonomi)/ Red: Tanayastri Dini Isna(Warta Ekonomi)
Pecat Ratusan Karyawan R&D AS, Kini Huawei Mau Bangun 3 R&D di Rusia?. (FOTO: Reuters/Chris Wattie)
Pecat Ratusan Karyawan R&D AS, Kini Huawei Mau Bangun 3 R&D di Rusia?. (FOTO: Reuters/Chris Wattie)

Huawei berencana membuka tiga pusat penelitian dan pengembangan (R&D) baru di Rusia dan mempekerjakan 500 orang pada akhir tahun ini, menurut laporan portal berita lokal, Sina Tech.

Perusahaan itu belum mengungkapkan rincian dari pusat penelitian yang akan dibangun, baik dari segi lokasi maupun bidang kerja sama yang menjadi fokusnya di sana.

"Perusahaan berencana melipatgandakan jumlah karyawan dari target 500 orang tahun ini, menjadi 1.500 orang pada akhir 2024," begitu bunyi laporan tersebut, seperti dilansir dari KrAsia (19/8/2019).

Hal itu akan menjadikan Rusia sebagai salah satu pangkalan R&D luar negeri terbesar bagi perusahaan yang berbasis di Shenzhen tersebut. 

Baca Juga: AS Tak Ingin Berbisnis dengan Huawei? Ini Kata Trump....

"Huawei kerap kekurangan personel berkualifikasi dan Rusia dipercaya dapat menjadi cadangan spesialis di bidang peralatan telekomunikasi dan elektronik konsumen," kata Direktur Institut Pemprograman Sistem, Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, Arutyun Avetisyan kepada media lokal PDA.

Sebelumnya, raksasa telekomunikasi itu sudah memiliki pusat penelitian di Rusia. R&D pertama dibangun di Moskow dan St Petersburg pada 2017 dengan fokus penelitian model matematika untuk teknologi komunikasi.

Huawei telah menunjukkan peningkatan dalam kerja sama dengan Rusia, setelah masuk ke dalam daftar hitam Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) pada Mei lalu.

Pada Juni 2019, Huawei menghabiskan US$50 juta (sekitar Rp711,5 miliar) untuk membeli teknologi pengenalan wajah yang dikembangkan oleh startup Vocord dari Moskow. Pada bulan yang sama, perusahaan menandatangani perjanjian dengan penyedia jaringan seluler terbesar di Rusia, MTS guna membantu mengembangkan teknologi 5G.

Kemudian, menanggapi penangguhan sistem operasi Google atas beberapa fungsinya pada perangkat Huawei, perusahaan berpotensi menggantikan Android Google dengan sistem operasi Rusia, Aurora.

Baca Juga: AS Menekan, Huawei Lahirkan Layanan Peta Tandingan

Sejak saat itu, Huawei juga meluncurkan sistem operasi Harmony untuk digunakan pada perangkat pintar perusahaan, seperti TV, wearable devices, dan pengeras suara.

Pendiri Huawei, Ren Zhengfei, sering memuji bakat para ilmuwan dan ahli matematika Rusia. Dalam wawancara dengan media Tiongkok, Ren berbicara tentang lulusan Rusia yang berbakat dan kebutuhan Huawei untuk menarik bakat-bakat itu. 

Sementara pada Juli lalu, Huawei dikabarkan akan memberhentikan ratusan karyawan di pusat penelitian Futurewei yang berada di AS, menurut narasumber kepada Wall Street Journal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement