EKBIS.CO, JAKARTA -- Corporate Secretary PT Bukit Asam Tbk Suherman menyampaikan belum dapat menyampaikan hasil laporan kinerja perusahaan pada semester I 2019. Alasannya, pihak perseroan masih dilakukan review terbatas untuk laporan keuangan.
Suherman mengatakan, berdasarkan laporan triwulan pertama, kinerja operasional Bukit Asam masih cukup baik, di mana produksi mengalami kenaikan 5,7 juta ton atau meningkat 8 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Pun dengan angkutan batu bara yang mengunakan kereta api mencapai 5,84 juta ton pada periode Januari hingga Maret 2019.
"Peningkatan produksi dan angkutan batu bara ini mendorong peningkatan penjualan menjadi 6,65 juta ton," ujar Suherman saat jumpa pers usai public expose di Kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (27/8).
Namun, lanjut Suherman, pada kuartal I ini pendapatan Bukit Asam mengalami penurunan dari Rp 5,75 triliun pada kuartal I 2018 menjadi Rp 5,34 triliun pada kuartal I 2019. Pun dengan laba bersih yang turun dari Rp 1,45 triliun menjadi Rp 1,1 triliun.
"Hal ini diakibatkan sebagaimana kita ketahui harga jual batu bara pada 2019 mengalami penurunan cukup tajam, dari awal tahun sampai sekarang indeks Newcastle turun sekitar 35 persen cukup tajam, tidak hanya dialami Bukit Asam," ucap Suherman.
Selain itu, kata Suherman, kondisi ini juga tak lepas dari aturan pemerintah terkait harga jual DMO yang baru diimplementasikan pada 12 Maret 2019.
Bukit Asam, lanjut Suherman, telah menyiapkan sasaran sepanjang 2019, mulai dari peningkatan target produksi batubara pada 2019 menjadi 27,26 juta ton atau naik tiga persen dari realisasi produksi tahun lalu, sebesar 26,36 juta ton, angkutan kereta api sebesar 25,3 juta ton atau naik 12 persen dari realisasi angkutan tahun lalu, dan menargetkan 28,38 juta ton volume penjualan batu bara.
"Bukit Asam telah bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia dalam mengembangkan proyek angkutan batu bara," kata Suherman.
Suherman mengharapkan proyek pengembangan jalur kereta api pembangkit batu bara dapat memiliki kapasitas 60 juta ton per tahun pada 2023 dengan dua jalur baru yakni Tanjung Enim-Arah Utara yang nantinya memiliki kapasitas angkut menjadi 10 juta ton per tahun dan Tanjung Enim-Arah Selatan yang memiliki kapasitas 45 juta ton per tahun pada 2023.