Jumat 13 Sep 2019 21:28 WIB

Ada Apa dengan Cin(t)a

Sebaik apa pun kebijakan yang dilakukan oleh sebuah negara pasti ada untung dan rugi.

Red: Agus Yulianto
Ratna dan Murniati (Founder Sakinah Finance)
Foto: dok. Istimewa
Ratna dan Murniati (Founder Sakinah Finance)

EKBIS.CO,  Oleh: Ratna Komalasari, Peneliti Sakinah Finance

Kalau mendengar AADC pasti langsung teringat pada satu film yang begitu fenomenal tentang kisah cinta antara Rangga dan Cinta yang tayang di tahun 2002. Tidak terasa sudah sekitar tiga tahun lalu film ini dibuat sekuel dengan judul yang sama yaitu AADC 2. Jauh-jauh dari Rangga dan Cinta, artikel kali ini tidak akan banyak membahas tentang ulasan mengenai film yang sudah ditayangkan tiga tahun lalu tersebut. Melainkan tentang hubungan antara Cin(t)a dan Indonesia yang rupanya semakin mesra bahkan bisa mengalahkan cerita AADC milik Rangga dan Cinta.

Our relationship

Proyek One Belt One Road (OBOR) yang sudah digagas oleh Cina dan melibatkan banyak negara ini  tujuannya adalah mengubah pusat jalur sutra (jalur perdagangan) sehingga akan berpusat ke Cina. Beberapa negara yang bergabung dengan strategi ini tentu akan melihat adanya keuntungan dari proyek tersebut.

Berbicara tentang negara, tentu ada harapan serapan tenaga kerja, peningkatan jumlah ekspor sampai meningkatnya jumlah kunjungan ke dalam negeri yang tentu akan meningkatkan perekonomian. Tetapi ada kacamata lain yang melihat hal ini, karena muncul kekhawatiran berkurangnya kedaulatan bangsa Indonesia sendiri. Cukup banyak ekonom yang khawatir dengan kebijakan ini salah satunya adalah Peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Rizal Taufikurahman tentang lost and success story mengambil contoh negara-negara yang tidak sanggup membayar hutangnya sehingga dibayar menggunakan cara yang lain. 

Sebagai contoh adalah Zimbabwe yang melegalkan penggunaan mata uang Yuan menjadi alat bayar karena gagal melunasi hutang proyek investasi infrastruktur. Salahkah? Dalam teori ekonomi kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah memiliki tujuan efisiensi. Sehingga, hal ini tidak bisa dihakimi benar atau salahnya. Karena sebaik apapun kebijakan yang dilakukan oleh sebuah negara pasti ada pihak yang diuntungkan tetapi tidak sedikit yang harus menanggung kerugiannya. Contoh tersebut menjadi salah satu hal yang dikhawatirkan ketika Indonesia mengambil investasi yang cukup banyak dari Cina. 

Pernahkah berpikir kalau kamu adalah bagian dari Cina?

Bayangkan kalau kamu adalah bagian dari Cina yang memberikan investasi ke berbagai negara. Tentu sebagai upaya melakukan efisiensi kamu juga harus mendapatkan sesuatu bukan? Jika kita lihat perang dagang yang terjadi antara Cina dan Amerika, Amerika terlihat masih lebih unggul terutama dalam hal mata uang. Loh kok bisa? Hingga saat ini dunia masih menggunakan dollar sebagai mata uang yang mengisi devisa-devisa negaranya. Kemudian transaksi perdagangan internasional masih menggunakan mata uang dollar. Sehingga tidak heran jika dollar masih mendominasi transaksi internasional. Tetapi untuk mengubah hal tersebut kamu harus membuat mata uang yang kamu miliki mendominasi dunia sehingga terjaga permintaannya dan menjadi mata uang yang kuat. Caranya? 

Seperti contoh Zimbabwe tadi, ketika sebuah negara mengalami gagal bayar untuk investasi yang dilakukan bisa mengganti mata uangnya menjadi Yuan, maka hutang investasinya akan ringan. Sehingga hal ini akan menjadi win-win solution untuk kedua negara. Keinginan Cina untuk menjadikan Yuan sebagai mata uang yang mendominasi tercapai. Kemudian proyek infrastruktur yang diimpikan juga tercapai. Kemudian banyak yang menyatakan bahwa kebijakan Cina untuk mendistribusikan warga negaranya lewat investasi adalah sebuah bentuk penjajahan.

Marah no! invest yes 

Setelah mengetahui plot-twist story dan mengubah sudut pandang, bagaimana sikapmu sekarang? Daripada kamu marah-marah, menolak kebijakan pemerintah kamu bisa mencoba untuk mendorong perekonomian di Indonesia dengan terlibat dalam aktivitas bisnis dan investasi. Sebelum bingung dengan investasi, sebaiknya kamu mengenal dulu apa itu investasi. 

Investasi itu apa?

Mungkin kamu yang baru mengenal investasi ini akan langsung mengaitkan investasi dengan saham, deposito atau produk keuangan lainnya. Padahal sebelum investasi masuk ke pasar uang seperti pasar modal dan hutang negara, mulanya investasi merupakan sebuah metode untuk membiayai suatu bisnis. Misalnya, kamu memiliki sejumlah modal ketika teman kamu ingin berjualan kerudung. Kemudian kamu mengatakan kamu akan memberikan modal dagang kepadanya tentu dengan imbal hasil sesuai perjanjian. 

Tentu setelah kamu memberikan modal kepada teman yang ingin berbisnis tadi, kamu harus memiliki catatan bahwa kamu memiliki hak untuk menerima pengembalian modal dan keuntungan sesuai perjanjian. Biasanya catatan tersebut kamu buat dalam buku atau lembaran. Tapi sebelum masa perjanjian itu habis tiba-tiba kamu membutuhkan uang sementara uangnya sudah di investasikan untuk modal kerudung teman kamu. Akhirnya kamu menjual surat kepemilikan bisnis kerudung tadi kepada adikmu sehingga kamu menerima uang cash sesuai kebutuhan. Sehingga hutangmu kepada adik akan terbayar lewat saham tadi. 

Nah, itu dia cikal bakal dari definisi dipasar uang dan pasar barang. Jadi, kalau sekarang mau investasi kamu bisa dong bedakan mana yang investasi pasar barang dan mana yang pasar uang. 

Aku mau investasi, tapi takut riba kak!

Kalau kamu benar-benar khawatir bahwa produk investasi yang kamu pilih akan mengandung riba. Sebenarnya sekarang kamu dapat dengan mudah ngeceknya. Lihat laporan keuangannya, lihat profil investornya kemudian lihat bisnisnya berjalan dibidang apa. Pastikan semuanya terbebas dari haram lidzatihi dan haram lighairihi. Untuk meyakinkan bahwa riba atau bukan tentu kamu harus memastikannya dengan belajar ekonomi syariah. Label-label syariah pada produk-produk keuangan sudah sangat memudahkan kamu untuk mengidentifikasi apakah kamu ‘halal’ untuk menerima margin dari investasi itu atau belum. Percayakan pada institusi seperti OJK dan DSN yang memang bertugas untuk memastikan kamu menerima hak-hak kamu sebagai investor nantinya. 

P2P lending dan startup

Kalau kamu belum yakin dengan pasar uang. Kamu bisa berkontribusi di pasar barang. Caranya? Kamu bisa membantu kawan-kawan kamu yang membutuhkan modal untuk memulai bisnis mereka. Sudah lebih dari 2000 start-up yang ada di Indonesia. Tentu salah satu masalah yang cukup menyita energi ketika membuka bisnis baru adalah kekurangan modal. Saat ini sudah ada skema pengumpulan modal melalui P2P (Peer-to-Peer) lending lengkap dengan skema syariah. Lewat skema ini kamu bisa yakin bisnis yang dijalankan, siapa pemilik bisnisnya dan detail-detail lainnya. Kamu bisa dengan mudah mengakses website dan memilih proyek yang sedang membutuhkan investasi. Mudah kan?

Kalau kamu sudah tahu apa kontribusi riil yang lebih dari sekedar perang media sosial harapannya ketika kamu bertemu kawan yang berbeda pandangan bukan hanya sekedar adu mulut yang tidak ada habisnya. Tetapi kamu dapat menunjukan bahwa ini kontribusi gue! Gue udah invest 10 juta nih buat support start-up A, misalnya. Kan lebih adem mendengarnya. Wallahu a'lam bis-shawaab. Salam Sakinah!

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement