Senin 23 Sep 2019 12:19 WIB

Kementan Buat Strategi Pengelolaan OPT

Pengolahan tanah merupakan faktor kunci keberhasilan dalam penanganan OPT.

Red: Dwi Murdaningsih
Petani di sawah sedang menyingkirkan organisme pengganggu tanaman.
Foto: kementan
Petani di sawah sedang menyingkirkan organisme pengganggu tanaman.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya mengamankan produksi tanaman dari serangan organisme penganggu tanaman (OPT). Penanganan initerintegrasi secara menyeluruh sejak hulu sampai dengan hilir. Salah satu strategi pengelolaan OPT yang terintegrasi yakni penurunan populasi atau serangan awal atau pendatang OPT.

Kepala Bidang Program dan Evaluasi Balai Permalan OPT Kementan Mustaghfirin menjelaskan informasi serangan OPT pada akhir musim tanam dapat dijadikan bahan untuk memperkirakan kejadian serangan OPT pada musim berjalan berikutnya.

Baca Juga

"Kejadian serangan OPT yang terjadi juga dipengaruhi oleh keberhasilan pengamatan peramalan dan pengendalian OPT pada musim tanam berjalan," ujarnya di Karawang, Senin (23/9).

Lalu apa saja yang dapat kita lakukan? Cahyadi Pengendali OPT Balai Besar Peramalan OPT mengatakan pengolahan tanah merupakan faktor kunci keberhasilan dalam penanganan OPT. Terutama untuk patogen tular tanah dan OPT yang sebagai fase pertumbuhannya atau bertahan dalam tanah.

Dengan melalukan pengolahan tanah maka inokulum sumber penyakit akan aktif dan kontak dengan sinar ultra-violet sehingga akan terjadi kerusakan jaringan dan mati. "Pengolahan tanah awal yang mengaktifkan inokulum mengakibatkan tidak terjadinya kontak dengan tanaman inang dan akan mati," kata dia.

photo
Petani di sawah sedang menyingkirkan organisme pengganggu tanaman.

Cahyadi mengatakan untuk OPT yang stadium bertahannya di dalam tanah atau sisa bahan organik seperti telur, larva, pupa, konidia dan spora akan mengalami kerusakan jaringan dan mengakibatkan kematian. OPT yang bertahan di dalam tanah atau bahan organik ini akan musnah setelah dilakukan pengolahan tanah karena terpapar sinar ultra-violet.

"Setelah pengolahan tanah, hal lain yang harus diperhatikan adalah pemilihan benih," bebernya.

Selalu gunakan benih yang tahan dan bersertifikat, sebaiknya sebelum benih diperam dilakukan seleksi benih terlebih dahulu dengan menggunakan larutan garam 5 %. Benih yang tenggelam yang akan digunakan, sedangkan benih yang terapung dibuang.

“Benih yang telah diperam sebelum ditebarkan, di pesemaian terlebih dahulu rendam dengan menggunakan larutan Paenibacillus polymixa 5 ml per liter selama 5 menit," ungkap dia.

"Perendaman ini dilakukan sebagai tindakan pre-emptif terhadap serangan penyakit dilapangan, aplikasi dilanjutkan pada usia 10-15 setelah semai," imbuh Cahyadi.

Pengendali OPT Balai Besar Peramalan OPT Yadi Kusmayadi menambahkan untuk mengendalikan populasi awal tikus di areal pertanaman bisa dilakukan gropyokan atau empos gali. Pelaksanaan gropyokan harus dilakukan sebelum waktu tanam di daerah persembunyian tikus, dilahan yang telah diolah, dan pematang besar atau pinggiran saluran air.

"Pengelolaan OPT tikus di persemaian dilakukan dengan memasang pagar plastik yang yang dikombinasikan dengan bubu perangkap," kata dia.

Untuk Hama Penggerek Batang Padi (PBP) dilakukan dengan pengumpulan kelompok telur dan memasukannya ke bumbung konservasi. Kemudian pemasangan pias Trichogramma spp untuk menambah populasi parasitoid telur PBP dilapangan.

Penanaman refugia di sekitar pematang sawah, sambungnya, diperuntukkan untuk menyediakan makanan bagi musuh alami (predator dan parasitoid) dan mempercepat imigrasi musuh alami ke dalam suatu ekosistem.

“Khusus daerah endemis WBC/kerdil dan WDH/tungro dan PBP, aplikasikan pestisida di pesemaian dapat dilakukan sesuai dengan anjuran jika telah ditemukan populasi dan serangannya telah diambang kendali,” tutup Yadi.

Dianto, Pengendali OPT Balai Besar Peramalan OPT menambahkan langkah terakhir yakni untuk mencegah atau menghambat timbul dan berkembangannya populasi/ biotipe/strain/ ras/patotipe OPT yang lebih merusak (WBC/Blas/BLB) dilapangan dapat dilakukan dengan penanaman varietas yang beragam (mosaik). Hindari penanaman satu varietas dalam skala yang luas dan terus menerus.

"Hal ini dilakukan untuk menghindari peningkatan jumlah populasi/biotipe/strain/ras/patotipe yang beradaptasi terhadap varietas yang ditanam di lapangan,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement