Selasa 08 Oct 2019 08:07 WIB

Iran-Amerika Makin Tegang, Trump Jadi Sasaran Peretas

Peretas berupaya membobol kampanye pemilihan umum kedua Donald Trump

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Duh! Iran-Amerika Makin Tegang, Kini Trump Jadi Sasaran!. (FOTO: (Foto/Reuters))
Duh! Iran-Amerika Makin Tegang, Kini Trump Jadi Sasaran!. (FOTO: (Foto/Reuters))

Warta Ekonomi.co.id, -- Kelompok peretasan ‘Fosfor’ yang diduga berkaitan dengan Pemerintah Iran berupaya membobol kampanye pemilihan umum kedua Donald Trump. Namun, serangan tersebut tidak berhasil, menurut narasumber yang mengetahui hal tersebut kepada Reuters.

Sebelumnya, Microsoft Corp membeberkan pantauan aktivitas siber yang signifikan, tapi tak mengidentifikasi serangan Fosfor terhadap kampanye pemilihan umum. Akan tetapi, sumber yang tak mau disebutkan Namanya mengatakan, grup peretas itu menargetkan upaya pemilihan ulang Trump.

Namun, tim kampanye Trump membantah hal tersebut. “Kami tidak melihat indikasi kalua infrastruktur kampanye kami menjadi target penyerangan siber,” kata Direktur Komunikasi Tim Kampanye Trump, Tim Murtaugh, dikutip dari Reuters (7/10/2019).

Baca Juga: Dihadang Trump, Iran Bakal Gunakan Segala Cara Untuk Jual Minyak

Selama 30 hari antara Agustus dan September, grup peretas yang Microsoft sebut ‘Fosfor’ itu mencoba mengidentifikas  lebih dari 2.700 surat-el milik konsumen tertentu, lalu menyerang sekitar 241 akun di antaranya. Serangan itu menargetkan pejabat Amerika Serikat (AS) saat ini, mantan petinggi, wartawan politik global, hingga warga Iran dengan nama besar yang tinggal di negara lain.

Dalam ketarangannya, Microsoft menuliskan, “empat akun berhasil disusupi karena upaya tersebut. Keempat akun itu tidak terkait dengan kampanye Trump atau pejabat dan mantan pejabat AS.”

Peretasan sebagai bentuk intervensi dalam pemilu AS memang telah menjadi perhatian pemerintah Negeri Paman Sam, apalagi sejak Badan Intelijen AS (CIA) menyimpulkan, Rusia sedang menjalankan operasi peretasan dan propraganda untuk mengganggu proses demokrasi Amerika pada 2016. Namun, Rusia membantah tudingan itu.

“(Sekarang, ada) lebih banyak bukti menunjukkan, musuh ingin merusak institusi demokrasi kita,” kata Direktur Divisi Keamanan Pemilu (CISA) dari Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, Chris Krebs.

Amerika Serikat Kontra Iran

Ketegangan antara AS dan Iran meningkat sejak Mei 2018, ketika Trump menarik diri dari perjanjian nuklir internasional (2015) dengan Teheran, Ibukota Iran. Hal itu membatasi program nuklir Iran, dengan imbalan pengurangan sanksi. Sejak itu, Trump meningkatkan tekanan pada ekonomi Iran, termasuk perdagangan minyaknya.

Kembali ke masalah peratasan; ada 19 kader Partai Demokrat AS sedang berupaya mencalonkan diri dalam Pemilihan Umum November 2020. Tiga kader dari Partai Republik mengumumkan pencalonan mereka, menantang Trump dalam ‘kontes’ pencalonan dari partai. Situs resmi Trump jadi satu-satunya laman milik politisi Republik yang tersisa dan terkoneksi dengan layanan surat-el cloud Microsoft.

Pemerintah Iran tidak berkomentat mengenai pernyataan Microsoft.

Sementara, Direktur Intelijen di perusahaan keamanan siber, FireEye Inc, John Hultquist mengatakan, kelompok Fosfor telah beroperasi dalam volume tinggi guna mengumpulkan kredensial akun-akun daring. Fosfor juga dikenal oleh APT 35, Charming Kitten, dan Tim Keamanan Ajax.

Microsoft mengatakan, Fosfor menggunakan informasi yang sudah terkumpul untuk mengatur ulang kata sandi atau menggunakan fitur pemulihan akun guna mengambil alih beberapa akun yang ditargetkan.

"Upaya itu menunjukkan, Fosfor bermotivasi tinggi dan bersedia menginvestasikan waktu dan sumber daya yang signifikan untuk mengumpulkan data dan informasi," kata Microsoft dalam laman blog resminya.

Microsoft telah melacak Fosfor sejak 2013. Pada Maret lalu, Microsoft menerima perintah pengadilan untuk mengambil kendali atas 99 situs yang digunakan Fosfor untuk melakukan serangan.

Perusahaan teknologi ditekankan untuk meningkatkan keamanan untuk pemilihan umum AS tahun depan, itu termasuk Facebook, Google, Microsoft, dan Twitter.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement