EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan menyebut sejumlah tantangan masih memberatkan pelaku industri alat kesehatan (alkes) nasional untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pasar ekspor. Adapun tantangan utamanya terkait penerapan teknologi.
Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek mengatakan sejauh ini produk alkes yang canggih masih dipenuhi oleh produk impor. "Tantangannya untuk alat yang lebih canggih. Kita harus memiliki teknologi tinggi," ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (8/10).
Menurutnya tantangan lainnya bagi pemenuhan kebutuhan alkes soal strategi pemasaran. Semestinya produksi alkes sejalan dengan pemetaan yang jelas terkait target pasar yang disasar.
Saat ini penggunaan alkes di rumah sakit tipe atau kelas D sudah mencapai 70 persen sedangkan untuk kelas C mencapai 61 persen. Pemanfaatan alkes yang diproduksi industri lokal itu pun mencapai 54 persen untuk rumah sakit tipe B dan 50 persen untuk tipe A.
Direktur Utama PT Oneject Indonesia Jahja Tear Tjahjana menambahkan saat ini perusahaan masih dihadapkan pada tantangan pemenuhan bahan baku dalam negeri. Selama ini, perusahaan mendapatkan pasokan biji plastik dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.
"Tantangannya adalah bagaimana meningkatkan TKDN (tingkat komponen dalam negeri) dan itu dipengaruhi oleh supplier, pemasok bahan baku, selama ini dari Chandra Asri. Kalau tidak bisa di-support, kami impor dari Korea Selatan," ucapnya.
PT Oneject Indonesia telah menambah kapasitas produksi sebanyak 900 juta buah per tahun Alat Suntik Sekali Pakai (Auto Disable Syringe) dan 1,2 miliar buah per tahun jarum suntik dengan pengaman (Safety Needle).
"Rasio penggunaan jarum suntik terhadap jumlah penduduk di Indonesia, yang cenderung meningkat seiring dengan membaiknya pelayanan pemerintah dibidang kesehatan," ucapnya.