Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Papua yang selama ini erat dengan ketertinggalan rupanya masih memiliki taring dalam bersaing di era revolusi industri keempat melalui startup-startup yang sedang berkembang di daerah Cenderawasih itu. Hal tersebut dikemukakan oleh Billy Mambrasar, Pendiri KitongBisa, salah satu startup yang berbasis sociopreneurship.
Menurut Billy, ada 23 startup lintas sektor yang sedang berkembang dan merambah hingga pasar global. 23 startup itu didirikan anak-anak muda Papua yang selama ini telah membangun Indonesia secara diam-diam, sebut Billy.
Ke-23 perusahaan rintisan ada pada beragam sektor, salah satunya adalah teknologi, pendidikan, kesehatan, dan seni budaya.
Baca Juga: Strategis, Bandara Ini Bakal Dijadikan Hub di Papua Barat
"Ada pendidikan. Mereka menciptakan teknologi-teknologi untuk meningkatkan aksesibilitas pendidikan, serta menurunkan tingkat buta huruf," ujar Billy di Gedung Kemenkominfo, Selasa (14/10/2019).
Di bidang kesehatan, ada perusahaan rintisan yang menggunakan teknologi untuk menghilangkan batasan untuk para penderita HIV untuk berkonsultasi. Selama ini penderita HIV seringkali merasa malu akan diskriminasi yang diterimanya.
"Lalu, kesehatan, ada yang bikin aplikasi untuk konseling HIV. Selama ini kan mereka takut konseling karena takut diskriminasi, jadi bisa konseling lewat apps," katanya.
Tidak kalah dengan ibu kota, Papua juga memiliki beauty startup sendiri. Perusahaan rintisan di bidang kecantikan ini memiliki narasi untuk bangga sebagai perempuan berkulit gelap.
Baca Juga: Startup Kosmetik Milik Mantan Tim Grab dan Uber Raih Pendanaan Baru, Nominalnya Hingga . . . .
"Mereka menciptakan kosmetik-kosmetik untuk perempuan berkulit gelap. Jadi, narasi mereka adalah bangga berkulit gelap. Cantik tidak harus berkulit putih. Jadi, mereka juga kembangkan kosmetik tersebut, dan target pasarnya mereka akan ekspor sampai Pasifik dan Afrika," ujarnya.