EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (Bank BJB) terus mendorong pertumbuhan kredit. Salah satunya dengan menyasar penyaluran kredit melalui proyek pembangunan infrastruktur di daerah khususnya Jawa Barat dan Banten.
"Ini juga menjadi arahan dari pemegang saham pengendali bahwa bank BJB harus kembali masuk sebagai agent of development," ujar Direktur Utama bank BJB Yuddy Renaldi di Jakarta, Kamis (7/11).
Secara industri, Yuddy mengatakan, penyaluran kredit bank BJB tumbuh 10,52 persen yoy hingga kuartal III tahun ini. Dia mengakui porsi penyaluran kredit terbesar masih berasal dari segmen konsumer.
Per September 2018, kredit bank BJB di segmen konsumer mencapai 68 persen. Secara portofolio, jumlah tersebut menurun karena penyaluran mulai diperbesar untuk sektor produktif. Kredit yang disalurkan untuk korporasi, komersial dan UMKM sudah mencapai 32 persen.
"Jadi terjadi peningkatan ke sektor produktif dalam 3 bulan terakhir ini, shifting dari konsumer ke produktif naik lebih dari 5-7 persen. Biasanya kami punya portfolio di konsumer sekitar 80an persen," ungkap Yuddy.
Kendati mulai beralih ke produktif, menurut Yuddy, bank BJB tetap tidak akan meninggalkan sektor produktif. Pasalnya, dari kredit konsumer tersebut, margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) bank BJB masih lebih tinggi dari rata-rata industri.
"NIM kita jauh lebih tinggi dari rata-rata industri yaitu 5,7-5,8 persen. Itu artinya konsumer segmen kami produktif. Sedangkan rata-rata perbankan sekarang NIM nya hanya sekitar 4,9-5 persen," terangnya.
Terkait arahan Presiden Joko Widodo yang meminta perbankan menurunkan bunga kredit, Yuddy mengaku bank BJB belum melakukan penyesuaian. Menurutnya, penurunan bunga kredit perbankan juga harus memperhatikan biaya dana atau cost of fund.
"Jadi memang tidak bisa serta merta turun, kita harus membalancing cost of fund dengan lending," pungkasnya.
Sebelumnya, Jokowi secara terang-terangan meminta perbankan menurunkan suku bunga kreditnya. Penurunan suku bunga kredit ini, ujar Jokowi, menyusul kebijakan Bank Indonesia (BI) yang kembali menurunkan suku bunga acuan jadi lima persen pada Oktober 2019.
Ini merupakan keempat kalinya BI menurunkan 7Days Reverse Repo Rate (7DRRR) dengan total 100 basis poin atau satu persen. Sayangnya, turunnya suku bunga acuan 7 Days Reserve Repo Rate (7DRRR) belum juga tersalurkan atau tertransmisi pada suka bunga kredit di perbankan. Suku bunga kredit justru kaku dan lambat untuk bergerak turun.
"Saya mengajak untuk memikirkan secara serius untuk menurunkan suku bunga kredit. Negara lain sudah turun, turun, turun, kita BI-rate sudah turun, banknya belum. Ini saya tunggu," ujar Jokowi dalam pembukaan Indonesia Banking Expo, Rabu (6/11).