Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Di tengah gejolak pasar saham global, nilai kekayaan taipan di seluruh dunia mengalami penyusutan dibandingkan tahun lalu. Laporan itu diterbitkan oleh UBS/PwC Billionaires Report.
Dalam laporan dijelaskan nilai kekayaan para taipan jatuh sebesar 388 miliar dolar AS atau sekitar Rp 5,43 kuadriliun. Penurunan ini terjadi pertama kalinya dalam satu dekade.
Baca Juga: Pensiun dari Alibaba, Jack Ma Ogah Tinggalkan Tahta 'Orang Terkaya'
Penurunan paling tajam terjadi di China. Laporan tersebut menunjukkan bahwa nilai kekayaan bersih miliarder di China melorot 12,8 persen dalam dolar AS karena penurunan pasar saham dan depresiasi nilai tukar mata uang lokal.
Kekayaan miliarder Negeri Tirai Bambu juga dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan negara berekonomi terbesar kedua di dunia itu ke level terendah dalam hampir tiga dekade pada 2018.
“Meski mencatat penurunan, China terus menghasilkan miliarder baru setiap 2-2,5 hari,” tambah Stadler, seperti dilansir melalui Reuters (11/11/2019).
Baca Juga: Supaya Tetap Tajir, Ternyata Ini yang Dilakukan Para Pewaris Kekayaan
Fakta berbeda yang terjadi di Negeri Paman Sam, pasalnya jumlah miliarder di sana tidak mengalami penurunan. Deretan pengusaha di bidang teknologi mampu terus menopang peringkat orang-orang terkaya di AS.