EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Luky Alfirman, mengatakan asuransi bisa menjadi salah satu sumber pembiayaan infrastruktur. Saat ini masih sedikit sekali perusahaan asuransi yang masuk ke pembiayaan sektor ini.
Luky melihat, salah satu kendala rendahnya pembiayaan dari asuransi ini karena pertumbuhan industri yang terbilang masih sangat rendah. Menurut Luky, ini sejalan dengan rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia.
"Bagaimanapun juga kesadaran asuransi masyarakat Indonesia itu masih rendah dibandingkan negara tetangga, jadi itu PR kita bersama," kata Luky di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (3/12).
Luky mengungkapkan, tingkat pertumbuhan asuransi Indonesia saat ini jauh lebih rendah dibandingkan negara tetangga. Data OJK menyebut, total premi asuransi hanya sanggup mencapai angka 9 persen sepanjang 2018. Sedangkan, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan mencapai 12,88 persen.
Untuk itu, menurut Luky, upaya peningkatan literasi dan program edukasi perlu digencarkan. Sehingga dana yang terkumpul pum akan semakin besar.
"Dengan makin banyak dana tersedia itu akan makin banyak juga dana untuk membangun pembangunan Indonesia termasuk infrastruktur," tutur Luky.
Selain meningkatkan penetrasi, Luky mengatakan, pemerintah saat ini sedang mengkaji pemberian insentif untuk industri asuransi agar mau berinvestasi di sektor ini.
"Kita membuat peraturan yang lebih relaksasi, memang belum ditentukan insentif apa, tapi itu diusulkan oleh forum, karena mau kita kaji dulu," ujar Luky.