EKBIS.CO, JAKARTA -- Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir 2019 diprediksi akan ditutup menguat ke level 6.350. Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, menyebut, salah satu faktor penguatan IHSG ini lantaran adanya aksi window dressing.
Window dressing biasa dilakukan oleh emiten atau perusahaan publik untuk menarik minat investor dengan cara mempercantik laporan atau kinerja keuangan perusahan. Selain dilakukan oleh emiten, Window Dressing juga dilakukan oleh fund manager pengelola reksadana.
Saham-saham berkinerja kurang baik dikeluarkan dari portofolio diganti dengan saham-saham berkinerja baik. Aktivitas ini secara langsung membuat saham-saham tertentu yang berkinerja baik mengalami kenaikan.
"Window dressing cukup sering terjadi di Indonesia dimana setiap bulan Desember IHSG selalu berkinerja positif. Investor dan pelaku pasar dapat memanfaatkan momentum ini untuk meraih keuntungan," kata Hans, Sabtu (28/12).
Selain aksi window dressing, kenaikan pasar Desember ini juga tidak lepas dari kesepakatan dagang China dan Amerika Serikat (AS). Mulai 1 Januari 2020, China akan menurunkan tarif impor pada lebih dari 850 produk. China juga berjanji akan meningkatkan impor barang AS.
Berita pemakzulan Presiden Trump juga tidak terlihat mempengaruh pasar keuangan di akhir tahun. Peluang pemakzulan terbilang relatif kecil karena Senat dikuasai Republik. Hal ini membuat pasar tidak terlalu merespon proses pemakzulan ini.
Optimisme pasar akhir tahun ini bertambah setelah dirilisnya data perekonomian China pada Jumat pekan ini. Data menunjukkan laba perusahaan industri China naik tercepat dalam 8 bulan terakhir.
Hans melihat, optimisme pasar ini akan terus berlanjut hingga awal 2020. Pada pembukaan perdagangan IHSG perdana 2 Januari 2020 mendatang, Hans memperkirakan indeks saham masih akan mengalami kenaikan terbatas.
"Tetapi sesudah itu memang IHSG sangat rawan aksi ambil untung mengingat kenaikan yang cukup signifikan selama bulan Desember," kata Hans.